Produksi Tak Terpengaruh
Kekeringan yang melanda daerah pertanian di Jawa Timur tidak akan memengaruhi produksi beras. Kendati hujan sudah mulai turun, bantuan air bersih tetap disalurkan.
SURABAYA, KOMPAS – Kekeringan mengakibatkan sebagian hamparan padi di Jawa Timur rusak atau gagal panen. Namun, kerusakan padi tidak terlalu mengganggu swasembada beras.
Sampai dengan Senin (3/9/2018), Dinas Pertanian Jawa Timur mencatat, kekeringan berdampak pada 36.826 hektar sawah. Jika dirinci, 10.660 hektar sawah terganggu kekeringan ringan, 10.753 hektar diserang kekeringan sedang, 5.939 hektar dilanda kekeringan berat, dan 9.474 hektar gagal panen.
”Dari pendataan kami, hamparan sawah terluas yang gagal panen berada di Bojonegoro,” ujar Kepala Dinas Pertanian (Distan) Jatim Hadi Sulistyo. Di Bojonegoro, sawah yang gagal panen seluas 2.427 hektar. Daerah puso terluas kedua adalah Sampang (Madura) dengan cakupan 2.347 hektar.
Meski demikian, menurut Hadi, kekeringan yang menerpa tidak memengaruhi produksi beras Jatim. Alasan utamanya, luasan sawah yang terkena kekeringan terlalu kecil dibandingkan dengan luasan sawah yang mencapai 1,176 juta hektar. Jumlah itu terdiri dari 924.525 hektar sawah irigasi dan 252.135 hektar sawah bukan irigasi. Luasan sawah yang gagal panen hanya 0,8 persen dari total sawah di Jatim.
”Kami meyakini produksi beras tahun ini tidak terganggu. Bahkan, kami berani meyakini produksi tetap surplus,” kata Hadi.
Catatan Distan Jatim, kurun Januari-Juli 2018, produksi pertanian pangan mencapai 6,4 juta ton beras. Pada kurun waktu yang sama, konsumsi beras lebih kurang 40 juta jiwa warga Jatim hanya 2,08 juta ton beras sehingga ada kelebihan 4,3 juta ton beras.
Adapun para petani yang sawahnya terkena dampak buruk kekeringan selama terdaftar dalam asuransi usaha tani padi (AUTP) dapat mengajukan klaim. Jatim telah menyiapkan bantuan untuk kabupaten/kota yang sebagian sawahnya gagal panen dan turut serta dalam program AUTP. Bantuan untuk klaim ialah benih per hektar, yakni 25 kilogram benih padi dan 15 kilogram benih jagung, serta dana senilai Rp 6 juta.
”Sampai dengan saat ini belum ada kabupaten/kota yang mengajukan klaim,” ujar Hadi. Itu bisa diartikan bahwa kabupaten/kota masih mampu mengatasi dampak kekeringan terhadap sektor pertanian.
Gubernur Jatim Soekarwo pernah mengatakan, program AUTP dapat melindungi petani dari ancaman iklim atau cuaca yang tidak bisa dihindari. ”Program asuransi penting diketahui petani dan diikuti,” katanya.
Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan, AUTP mencakup 997.960 hektar lahan dengan kepesertaan 1,63 juta petani. Premi asuransi yang bisa dihimpun mencapai Rp 179,6 miliar.
Jatim menjadi yang terdepan dengan luasan 291.000 hektar dan mencakup 609.000 petani. Premi yang bisa ditarik dari AUTP di Jatim sebesar Rp 52,3 miliar.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Bagus Adhirasa mengatakan, untuk antisipasi dan mitigasi kekeringan, pihaknya proaktif menyebarluaskan informasi prakiraan cuaca selama musim kemarau.
Masih Desember
Di Kabupaten Serang, Banten, meskipun hujan mulai turun beberapa hari terakhir ini, warga yang kekurangan air bersih tetap dapat meminta bantuan. Saat ini, masa peralihan dari kemarau sedang terjadi, tetapi Kabupaten Serang baru akan memasuki musim hujan pada Desember mendatang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang Nana Sukmana Kusuma di Serang mengatakan, warga yang membutuhkan air bersih dapat mengajukan permintaan melalui pemerintah desa dan kecamatan setempat.
Selanjutnya, BPBD Kabupaten Serang akan meninjau desa yang kekeringan. Jika kekurangan air memang terjadi, mobil tangki akan dikirim ke desa itu.
Hujan di Kabupaten Serang, misalnya, terjadi pada Minggu (2/9). Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang, curah hujan pada hari itu 13 milimeter. Selain itu, BMKG Serang juga telah menyampaikan ramalan mengenai hujan beberapa hari terakhir.
Air bersih di Kabupaten Serang masih terus disalurkan. Bantuan itu, misalnya, didistribusikan ke Desa Laban di Kecamatan Tirtayasa, Desa Bendung di Kecamatan Tanara, dan Desa Walikukun di Kecamatan Carenang. (NIK/BRO/BAY)