MAKASSAR, KOMPAS - Perusahaan pupuk PT Pupuk Kaltim menjamin ketersediaan pupuk, terutama yang bersubsidi, untuk masa tanam Oktober-Maret. Khusus untuk Sulawesi Selatan, alokasi pupuk bersubsidi tahun ini mencapai 277.880 ton dengan penyaluran mencapai 77 persen.
"Saat ini, sebagian daerah baru saja panen dan sebagian masih menanam tanaman sela seperti palawija. Petani baru akan menanam lagi pada Oktober nanti untuk musim tanam Oktober-Maret. Untuk musim tanam tersebut, kami pastikan stok pupuk lebih dari cukup," kata Slamet Sunardi, Kepala Pemasaran Sulsel PT Pupuk Kaltim di Makassar, Selasa (4/9/2018).
Di bawah Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kaltim diberi kewenangan mengatur distribusi dan pemasaran pupuk di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Perusahan ini memproduksi pupuk hingga 3,5 juta ton per tahun dan 1,9 juta ton di antaranya adalah pupuk bersubsidi.
Adapun untuk pupuk nonsubsidi, Pupuk Kaltim memberi kemudahan bagi petani dengan menyediakan 1.100 kios pupuk di Sulsel. Bahkan, pupuk juga dijual secara daring.
Slamet menambahkan, banyaknya daerah yang mengalami kekeringan saat ini tak berdampak pada alokasi pupuk. Setiap tahun pemerintah sudah menghitung kebutuhan termasuk saat kebutuhan sedang tinggi. Pupuk yang minim dipakai saat ini tetap akan menjadi stok yang akan dipakai pada musim tanam berikutnya.
Sementara itu, Nursi Saptono, Super Intenden Hubungan Eksternal PT Pupuk Kaltim mengatakan, untuk mencegah penyalahgunaan peruntukan pupuk bersubsidi, berbagai cara sudah dilakukan.
"Di antaranya membedakan bentuk dan warna antara pupuk bersubsidi dan nonsubsidi. Untuk pupuk urea bersubsidi, butirannya lebih halus dan warnanya merah muda. Kalau nonsubsidi berwarna putih dengan butiran granol. Untuk NPK, kami buat berwarna-warni. Ini juga menjadi upaya mencegah pemalsuan Pupuk," kata Nursi.
Saat ini, sebagian wiayah di Sulsel mengalami kekeringan. Ini menyebabkan petani memilih menanam palawija dan tanaman lain yang berumur pendek. Sebagian lagi menunggu panen.
Pekan lalu, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sulsel M Yunus mengatakan, sejauh ini tak ada masalah soal pupuk. Petani hanya berharap bantuan pompa air agar bisa mengairi sawah menggunakan sumur pompa saat hujan belum turun.