BANDUNG, KOMPAS Pasar Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat, kembali terbakar, Senin (3/9/2018). Insiden ini menghanguskan sekitar 150 kios. Hingga pukul 22.30, petugas belum memastikan total kerugian.
Ditemui di lokasi, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (PKPB) Kota Bandung Ferdi Ligaswara mengatakan, pihaknya menerima laporan kebakaran pada pukul 16.55. Saat itu, arus lalu lintas cukup padat sehingga menghambat mobilitas mobil pemadam kebakaran. ”Saat kebakaran, angin sedang berembus kencang dari timur ke barat sehingga api cepat merambat ke sebelah barat yang terdiri atas kios-kios rapat dan terhubung,” kata Ferdi.
Kios pemotongan ayam
Kebakaran ini mulai terjadi sekitar pukul 16.30. Sumber api diduga berawal dari pembakaran bulu di kios pemotongan ayam. Kurang dari 10 menit, api menjalar ke puluhan kios yang berada di Blok 6 hingga Blok Auning.
”Pada saat kejadian, saya sedang berada di Cimol. Sekitar pukul 16.30, saya mendengar orang-orang berteriak dan berlarian. Saat itu api sudah menjalar ke mana-mana. Saya langsung ingat kios kakak saya yang dekat dari Los Auning yang terbakar,” ujar Asep (39), pedagang pakaian di Pasar Cimol Gedebage.
Kepala Kepolisian Sektor Panyileukan Komisaris Dewo mengatakan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran. ”Dugaan awal, api berasal dari pembakaran bulu di kios pemotongan ayam,” ucap Dewo.
Kepala Unit Pasar Gedebage PD Pasar Bandung Bermartabat M Rizal Faisal menuturkan, kios yang terbakar diperkirakan mencapai 150 unit yang tersebar di Blok 6, Blok 7, dan Blok Auning. Selain itu, 30 kios di tempat penampungan pedagang sementara di sebelah barat titik api juga tersambar api.
Sebelumnya, Pasar Gedebage terbakar pada Minggu (15/7). Sebanyak 116 kios hangus dengan kerugian mencapai Rp 4 miliar. Kebakaran di kawasan ini terjadi akibat minimnya antisipasi kebakaran dari masyarakat sekitar.
”Masyarakat jangan hanya mengandalkan petugas untuk mengendalikan api. Antisipasi sebaiknya dimulai sejak dini tanpa menunggu petugas,” ujar Ferdi.
Menurut dia, lokasi padat, seperti pasar tradisional dan permukiman padat penduduk, menjadi tempat yang rentan kebakaran karena api menjalar lebih cepat. Masyarakat di daerah tersebut perlu memiliki kemampuan untuk bisa mengantisipasi kebakaran.
Pihak pengelola juga perlu menyediakan akses pemadam kebakaran yang bisa dipergunakan. ”Di beberapa titik juga seharusnya terdapat alat pemadam api ringan sehingga kebakaran bisa dipadamkan sesegera mungkin. Semua kebakaran berasal dari api yang kecil dan seharusnya bisa ditanggulangi. Masyarakat tidak hanya sebagai obyek dalam penanganan kebakaran, tetapi juga sebagai subyek,” ujarnya. (RTG)