Universitas Mataram Usulkan Beasiswa bagi Mahasiswa Terdampak Gempa
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Universitas Mataram di Lombok, Nusa Tenggara Barat, mengusulkan mahasiswa asal Lombok yang terdampak gempa mendapatkan beasiswa. Hal itu ditempuh agar mahasiswa yang kini kesulitan keuangan tetap bisa mengikuti kegiatan akademik.
”Semua mahasiswa yang terkena dampak gempa sudah kami usulkan kepada Kemristek dan Dikti untuk mendapatkan beasiswa. Tim dari Kemristek dan Dikti juga sudah turun melakukan verifikasi,” ujar Prof Husni, Rektor Unram, Selasa (4/9/2018) di Mataram.
Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar sebelumnya juga meminta kebijakan dari para rektor agar menunda atau membebaskan sementara pembayaran uang kuliah bagi mahasiswa asal Lombok Utara di sejumlah universitas negeri dan swasta. Orangtua mahasiswa harus memperbaiki tempat tinggal dan belum mendapatkan pekerjaan pascagempa di Pulau Lombok (Kompas 4/9/2018).
Menurut Husni, untuk sementara, 480 mahasiswa dari semua fakultas dari program diploma, strata satu/S-1, dan pascasarjana mendapatkan beasiswa Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang diberikan untuk semester tahun akademik yang berjalan saat ini.
Besaran PPA adalah Rp 3,5 juta per tahun yang dibayar dua kali dalam setahun dan langsung dikirim ke rekening masing-masing mahasiswa meski masih membayar uang kuliah tunggal (UKT). Adapun Bidikmisi besarannya Rp 650.000 per orang tiap bulan, dibayar tiga kali dalam setahun, uangnya dikirim langsung ke rekening tiap mahasiswa dan dibebaskan membayar UKT.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Lombok Utara Sengrajip menyambut baik kebijakan Unram meringankan beban mahasiswa asal Lombok Utara yang jumlahnya sekitar 4.000 orang tersebar di antaranya di Yogyakarta, Malang, dan Bandung. Apabila dipaksakan harus membayar uang kuliah, selain akan banyak mahasiswa putus kuliah, juga masyarakat di Lombok Utara belum terbiasa menabung.
”Masyarakat tidak punya saving sebab penghasilan yang didapat hari ini hanya untuk biaya kebutuhan hari ini. Makanya, anak-anak harus bilang jauh-jauh hari kalau mau bayar uang sekolah sehingga orangtuanya bisa menabung. Di pihak lain, selama sebulan sejak gempa, masyarakat tidak bekerja untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari,” kata Sengrajip.
Sementara Arif Prajitno, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, mengatakan belum memutuskan kebijakan khusus bagi mahasiswa asal Lombok dan NTB yang terdampak gempa bumi, terkait keringanan pembayaran biaya kuliah. UB masih menunggu data pasti jumlah mahasiswa yang terdampak.
”Kami belum dapat laporan secara resmi berapa jumlah mahasiswa NTB terdampak gempa sehingga belum bisa menentukan. Kalaupun ada, tentu kami akan ada kebijakan untuk itu (beasiswa dan keringanan biaya kuliah),” ujar Arif Prajitno. Pihaknya masih menunggu arahan penanganan mahasiswa korban gempa dari Kemristek dan Dikti. UB mengirim tim relawan antara lain dokter, perawat, bidan, dan psikolog untuk membantu penanganan korban gempa di Lombok.
Wakil Humas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Mohammad Isnaini, melalui peranti Whatsapp, mengatakan, UMM baru mengirim tim medis dan psikolog ke Lombok, tetapi belum ada program keringanan biaya kuliah dan beasiswa bagi mahasiswa asal Lombok yang kuliah di UMM, yang jumlahnya sekitar 7 persen dari total 35.000 mahasiswa UMM. (ISMAIL ZAKARIA/DEFRI WERDIONO)