”Noda” Bayangi Keindahan Togean
Kepulauan Togean kaya potensi wisata bahari, dari pantai berpasir putih hingga hamparan terumbu karang berwarna-warni. Namun, keindahan laut itu tercemar sampah dan pengeboman ikan yang merusak karang.
Sabtu (11/8/2018) siang, di ujung dermaga kayu Pulau Papan, Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, Magali (33) bercengkerama bersama sejumlah orang. Tiba-tiba, wisatawan asal Perancis itu berdiri menuju seorang pria yang duduk di pinggir dermaga.
” Jangan buang puntung rokok ke laut. Saya ke sini karena keindahan laut ini, tetapi kamu mengotorinya,” ucap Magali dalam bahasa Inggris sembari menunjuk ke arah puntung rokok yang terapung di laut.
Ia lantas meminta pria itu memungut sampahnya. Alih-alih menuruti, pria tersebut malah bergegas meninggalkan tempat itu, menghilang di tengah kerumunan orang. Di laut, puntung rokok terombang-ambing. Wajah Magali memerah. Dalam diam, ia berkemas. Sebelum kakinya melangkah menuju tempat lain, ia menatap orang-orang di dermaga.
”Saya peduli dengan lingkungan, termasuk laut ini. Itu makanya saya datang ke sini. Silakan Anda bersenang-senang, tetapi jangan mengotori laut,” katanya berlalu sambil menggelengkan kepala. Orang-orang di dermaga terpana, ada yang menunduk.
Hari itu, dermaga kecil di ujung selatan Pulau Papan yang masuk dalam wilayah Desa Kadoda menjadi salah satu titik sibuk para tamu dan panitia acara Togean International Oceanic Festival. Acara yang digelar pada 7-11 Agustus itu untuk mempromosikan Taman Nasional (TN) Kepulauan Togean.
Kepulauan Togean bisa dijangkau dengan kapal cepat, kapal rakyat, ataupun perahu nelayan dengan waktu tempuh 4-6 jam dari Ampana, ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una. Dari Palu, ibu kota Sulteng, pesawat terbang setiap hari ke Ampana, begitupun sebaliknya. Jika melalui jalur darat, waktu tempuh dari Palu menuju Ampana sekitar 10 jam.
Kepulauan yang terdiri dari 21 pulau itu memiliki berbagai potensi wisata bahari, mulai dari bentangan pantai berpasir putih hingga hamparan terumbu karang berwarna-warni. Pulau Papan merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kepulauan Togean.
Di sekitar rumah warga yang didirikan di laut dangkal pinggiran Pulau Papan, bentangan karang dapat dengan mudah dinikmati. Terumbu karang menyebar di sekitar rumah warga yang mengapung di laut dan jembatan papan sepanjang 1 kilometer.
Karang berwarna-warni itu tampak jelas di air jernih dengan ikan berenang-renang di sekitarnya. Masih terjaganya kondisi karang di Pulau Papan ditandai dengan hidupnya kipas laut (sea fan). Ikan nemo (ikan badut) berbagai warna meliuk-liuk dalam sapuan kipas laut itu. Perairan tersebut menjadi salah satu titik favorit snorkeling.
Penuh sampah
Namun, berbagai keindahan itu terancam dengan hal yang membuat kesal Magali tadi. Puntung rokok yang dibuang di perairan dekat dermaga cuma secuil dari serakan sampah di perairan Pulau Papan.
Di dasar laut di sekitar rumah warga, berbagai jenis sampah rumah tangga bertebaran, terutama yang berbahan dasar plastik. Ada botol bekas air mineral, bekas bungkus mi instan, dan pembungkus makanan ringan.
Di dekat gugusan karang di sekitar dermaga di selatan dusun, tergeletak pecahan mangkuk dan potongan kayu. Di permukaan laut, botol-botol bekas minuman keras mengapung.
Saat acara di panggung di laut selama festival berlangsung pun sampah yang dibuang penonton mengapung di perairan. Puntung rokok dan gelas plastik bekas air mineral mendominasi.
Kepala Desa Kadoda Darwis Ambotang mengakui, belum ada aturan yang mengikat warga Pulau Papan agar tak membuang sampah ke laut. Peraturan pengelolaan sampah itu kini sedang disiapkan.
Setiap rumah nantinya memiliki tong sampah. Dari wadah tersebut, sampah dipilah untuk diolah lebih lanjut atau dibakar di tempat pembuangan akhir. ”Saya tidak bisa serta-merta melarang warga sebelum ada aturan bagaimana sampah itu dikelola,” kata Darwis.
Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una dan Balai Besar Taman Nasional Kepulauan Togean menjadikan Pulau Papan sebagai ikon wisata Togean. Wisatawan hampir pasti selalu mampir ke Pulau Papan saat melancong ke 21 pulau destinasi wisata dan titik menyelam di Kepulauan Togean.
Ditangani serius
Belakangan ini, permasalahan sampah menjadi perhatian serius Balai Besar Taman Nasional Kepulauan Togean. Selama ini, langkah yang diambil adalah menggelar aksi bersama warga membersihkan sampah di perairan di sekitar permukiman atau pulau.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Kepulauan Togean Bustang menyatakan, aksi bersama tetap akan dilanjutkan, tetapi solusi jangka panjang sangat dibutuhkan. Bersama berbagai pihak, balai telah menyediakan tong sampah di pelabuhan dan perahu warga untuk mengurangi sampah di laut.
Hal serupa akan dilakukan di permukiman dengan penyediaan tempat pembuangan sampah sementara atau tempat pembuangan akhir. ”Mulai tahun ini kami memantau kualitas perairan di permukiman warga untuk mengukur tingkat pencemaran sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan,” kata Bustang.
Sampah hanyalah salah satu ”noda” yang mengancam keindahan bahari Kepulauan Togean. Masalah lain adalah maraknya penangkapan ikan dengan pengeboman. Pada Maret lalu, tim Balai Besar Taman Nasional Kepulauan Togean menangkap tiga nelayan yang kedapatan menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan.
”Ada sejumlah lokasi penyelaman yang dulu terumbu karangnya sangat bagus, tetapi dalam lima tahun terakhir sudah hancur karena penggunaan bom,” kata Daus, pemandu lokal wisata penyelaman di Pulau Papan.
Bustang mengonfirmasi, pengeboman ikan menjadi masalah besar yang hingga saat ini sulit diatasi, selain gangguan kecil akibat aktivitas nelayan melepas jangkar yang turut merusak karang.
Banyak langkah telah diambil, mulai dari patroli rutin, pelibatan masyarakat dalam mengawasi praktik penangkapan ikan tak ramah lingkungan dengan pemberian perahu ketinting, hingga penegakan hukum.
”Ini pekerjaan rumah bagi kami agar lebih gencar lagi melakukan sosialisasi disertai pemberdayaan masyarakat,” tuturnya.
Kerja keras dibutuhkan untuk mempertahankan keindahan bahari Kepulauan Togean. Kalau praktik tak ramah lingkungan terus terjadi, keindahan Togean bisa jadi kelak hanya tinggal kenangan.