BALIKPAPAN, KOMPAS - Sejumlah 140 pelaku ekonomi kreatif di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (8/9/208) mengikuti workshop Sosialisasi BISMA, aplikasi yang dikembangkan Badan Ekonomi Kreatif. Sebagian pelaku ekonomi kreatif ternyata belum tahu aplikasi itu, namun antusias karena merasa ada peluang bagus melalui BISMA untuk lebih mengembangkan usaha.
Kasubdit Informasi dan Pengolahan Data Badan EkonomiKreatif (Bekraf) Maman Rahmawan, Sabtu sore, di sela-sela acara, mengatakan, belum semua pelaku ekonomi kreatif di Indonesia mengenal aplikasi Bekraf Information System Mobile Aplication (BISMA) ini.
Menurut situs resmi BISMA, saat ini terdaftar 19.989 pelaku ekonomi kreatif, dengan 4.175 total produknya, dan 5.024 total usaha pelaku ekonomi kreatif. Dari jumlah itu, masih terkonsentrasi di Jawa. Di Kaltim saja misalnya, baru 141 pelaku ekonomi yang mendaftar.
Informasi perkembangan jumlah pelaku usaha, juga ditampilkan di situs, dan di aplikasi yang bisa mudah diunduh melalui ponsel pintar (smartphone). Aplikasi Bisma ini untuk memajukan usaha kreatif. Di sana disampaikan informasi dan agenda terkini seputar dunia kreatif Indonesia.
Kata Bisma diambil dari kata “Bhisma”, salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Bisma sering dianggap sebagai contoh yang bagus dari pengabdian dan pengorbanan, sebuah simbol kebenaran dan tugas.
Informasi jika ada bantuan, juga disampaikan di sana, dan pelaku usaha kreatif bisa diproritaskan. Usaha kreatif para pelaku usaha akan terintegrasi dalam sistem database Bekraf. Tersedia juga etalase untuk memasarkan usaha kreatif masing-masing, sekaligus mempertemukan dengan investor.
“Target kami tahun ini bisa mencapai 20.000 pelaku usaha yang terdaftar. Saat ini sudah hampir mencapai jumlah itu. Kami memberi gambaran bahwa setiap usaha kreatif ini, sebaiknya tercatat,” ujar Maman di acara yang digelar di Hotel Jatra Balikpapan ini.
Maman pun mengakui aplikasi Bisma yang dikenalkan sejak tahun 2016 ini, belum diketahui semua pelaku usaha kreatif, terutama yang di luar Jawa.
Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian, menambahkan, pihaknya perlu mengetahui langsung apa saja kendala yang dihadapi para pelaku usaha kreatif di daerah. “Acara Bekraf ini, mestinya sering dan juga ke daerah lain selanjutnya. Seperti Kalimantan Utara,” katanya.
Semakin banyak bertemu, berbagi pengalaman, ekonomi kreatif semakin tumbuh. “Ini juga menjadi bahan advokasi bagi kami. Nanti, kami mencoba menindaklanjuti. Kami dorong dulu kawan-kawan menginstal aplikasi Bisma ini,” ujar Hetifah, politisi Golkar, yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kaltim-Kaltara ini.
Hetifah yang sempat mengajak diskusi beberapa peserta, mengakui memang masih banyak hal yang menjadi catatannya. Ternyata bukan hanya sekadar pemasaran yang selalu menyumbang sebagai faktor kendala. Juga tidak selalu permodalan. Namun juga tenaga kerja dan kesempatan.
Kendala itu antara lain, ada sejumlah UKM, pelaku usaha kreatif, yang ternyata susah mendapat tenaga kerja, seperti penjahit baju. Juga usaha clothing yang ternyata kaos dan penyanblonannya masih dilakukan di Jawa karena pertimbangan biaya dan kualitas.
Yuli, pelaku usaha kreatif bidang fashion, yang menjadi salah satu peserta, tidak mengetahui aplikasi Bisma. “Ternyata ada ya aplikasi yang bagus ini. Semoga nantinya bermanfaat. Juga akan sebarkan ke kawan-kawan,” kata Yuli, penjahit baju, yang mempunyai brand “Barakati” ini. Yuli, bersama salah satu temannya, juga memiliki usaha pembuatan bantal sesuai pesanan.
Bambang Pujiono, dari Anak Muda Balikpapan (AMB) menambahkan, jika berbicara industri kreatif, semestinya semua proses pengerjaan dikerjakan di daerah asal. “Misalkan di Balikpapan, ya idealnya semua proses dilakukan di Balikpapan. Tetapi ini pun masih belum bisa sepenuhnya,” kata Bambang.