Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk diberikan vaksin antirabies di Kabupaten Sikka, NTT, stok obat itu pun habis. Pengobatan sejumlah korban gigitan anjing gila terpaksa ditunda.
MAUMERE, KOMPAS - Krisis vaksin antirabies untuk manusia di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, hingga Jumat (7/9/2018) belum teratasi. Janji Dinas Kesehatan NTT dan Kementerian Kesehatan akan segera mengirimkan 1.000 vial beberapa hari lalu belum juga terpenuhi. Akibatnya, sejumlah korban gigitan anjing gila tak bisa diberikan vaksin.
”Sampai hari ini (Jumat), VAR (vaksin antirabies) belum dikirim dari Dinas Kesehatan NTT. Kami masih menunggu. Dengan demikian, beberapa korban gigitan anjing gila belum mendapatkan VAR,” kata Kepala Puskesmas Beru Santy F Delang di Maumere, Jumat.
Puskesmas Beru adalah satu dari lima rabies center di Sikka. Empat lainnya adalah Puskesmas Palue, Puskesmas Bola, Puskesmas Lekebai, dan Puskesmas Watubaing.
VAR habis sejak Rabu (5/9). Pihak Puskesmas Beru sudah mengajukan VAR ke Dinas Kesehatan NTT melalui Dinas Kesehatan Sikka.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sikka Harlin Hutauruk membenarkan, VAR dari Dinas Kesehatan NTT belum tiba. ”Sambil menunggu VAR dari provinsi, kami akan merelokasi VAR yang masih ada di rabies center yang lain agar sebagian dikirim dulu ke Puskesmas Beru. Katanya, Sabtu ini VAR dari provinsi tiba di Maumere sekaligus dengan vaksin MR (campak-rubela),” katanya.
Menurut Harlin, Dinas Kesehatan NTT telah dikonfirmasi segera mengirimkan VAR 1.000 vial ke Sikka. ”Namun, kabar terakhir yang kami terima, VAR akan dikirim dulu 500 vial, sisanya 500 vial pada 12 September akan langsung dibawa pegawai Dinas Kesehatan NTT ke Maumere,” ucap Harlin.
Sebelumnya, Kasubdit Zoonosis Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Endang Burni Prasetyowati dalam rapat koordinasi dengan jajaran Dinas Pertanian Sikka, Dinas Kesehatan Sikka, serta Dinas Peternakan NTT di Maumere, Kamis, menyinggung bahwa pemerintah pusat mengalokasikan bantuan VAR untuk NTT, khususnya sembilan kabupaten di Flores-Lembata, sebanyak 17.500 vial. ”Persediaan ini lebih dari cukup, bahkan hingga Mei 2019. Jika ada kebutuhan, dinas kesehatan kabupaten dapat mengajukan ke dinas kesehatan provinsi. Stok VAR akan dikirim lewat provinsi,” ujar Endang.
Kepala Dinas Kesehatan NTT Dominikus Minggu Mere mengatakan, stok VAR tidak boleh habis sama sekali. Harus ada cadangan yang dapat dipakai saat darurat. Kalau ada kabupaten yang kehabisan stok segera mengajukan ke provinsi. Pengiriman disesuaikan dengan penerbangan yang ada.
Secara terpisah, Sekretaris Komite Anti-Rabies Flores-Lembata Asep Purnama mengingatkan, tingginya kebutuhan VAR untuk manusia berkaitan dengan tingginya kasus gigitan anjing pada manusia. Selain itu, kesadaran warga untuk divaksin meningkat setelah ada korban tewas.
Dia juga mengingatkan pentingnya vaksinasi anjing karena virus rabies masih tinggi. Terbukti tahun ini, dari 64 sampel spesimen kepala anjing di Sikka yang diperiksa di Balai Besar Veteriner Denpasar, 31 spesimen positif virus rabies.
Periode yang sama 2017, dari 26 anjing yang diperiksa, 11 anjing positif terjangkit virus rabies. Pada 2016, hanya 1 anjing yang terkena virus dari 11 sampel anjing yang diperiksa.
”Ini menunjukkan ada tren peningkatan penyebaran virus rabies. Jadi, harus segera diantisipasi dengan vaksinasi pada anjing yang optimal. Kalau vaksinasi lemah, kasus rabies akan merebak dan kasus gigitan pada manusia semakin tinggi, juga kebutuhan akan VAR. Namun, kalau VAR sampai kosong, ini berbahaya, korban jiwa bisa bertambah,” tutur Asep. (SEM)