8.304 Pemuda Banda Aceh Rebut 1.083 Lowongan Kerja
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sebanyak 8.304 pencari kerja usia muda di Banda Aceh, Provinsi Aceh, bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan dari 1.083 lowongan yang tersedia di Job Fair 2018 yang digelar di Banda Aceh, Senin-Selasa (10-11/9/2018). Angka pengangguran di Banda Aceh masih tinggi, yakni 7,5 persen dari jumlah penduduk 250.000.
Ribuan pencari kerja menyambut antusias pembukaan Job Fair 2018 yang dipusatkan di Gedung Amel Convention, Banda Aceh. Sebanyak 40 perusahaan menyediakan 1.083 lowongan. Pencari kerja terlihat berbondong-bondong mendatangi stan-stan perusahaan penyedia lowongan kerja. Dengan menenteng map dan dokumen, mereka mendaftarkan diri ke perusahaan dengan harapan diterima sebagai pekerja.
Dari 8.304 pendaftar, sebanyak 5.954 lulusan perguruan tinggi, 2.238 lulusan sekolah menengah atas, dan 16 lulusan sekolah menengah pertama.
Muhammad Ridha (23), warga Banda, Desa Gampong Pineung, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, salah seorang dari ribuan pencari kerja. Dia adalah lulusan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Antara optimistis dan pesimistis, Ridha memasukkan surat lamaran ke PT Prima Karya Sarana Sejahtera (PKSS), perusahaan pengerahan dan pengadaan sumber daya manusia. ”Coba saja dulu, mudah-mudahan lolos,” ujar Ridha.
Sejak lulus kuliah awal tahun 2018, sudah lima kali Ridha melamar pekerjaan, baik di perusahaan lokal maupun nasional. Namun, hasilnya nihil, dia tidak dipanggil. Kata Ridha, mencari pekerjaan di Aceh sulit. Apalagi perusahaan perkebunan minim di Aceh.
Meski menyandang gelar sarjana pertanian, Ridha tidak pernah terpikir harus menjadi petani. Dia masih berharap bisa bekerja sebagai karyawan di perusahaan. ”Tapi di Aceh industri tidak ada, susah juga cari kerja,” katanya.
Di antara ribuan orang, Yanti (25)—sambil menggendong anaknya yang berusia 1 tahun—juga mencari lowongan pekerjaan. Yanti adalah lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh. Lulus kuliah, dia menjadi guru taman kanak-kanak. Namun, setelah melahirkan, dia memutuskan berhenti bekerja.
Kini, anaknya sudah berusia 1 tahun dan Yanti ingin kembali bekerja. ”Lihat-lihat dulu, mungkin ada lowongan yang cocok,” ucapnya.
Yanti ingin bekerja agar ekonomi keluarga membaik. Pendapatan suami sebagai tenaga kontrak di instansi pemerintah tidak mencukupi. Apalagi kebutuhan semakin banyak seiring anak mereka tumbuh. ”Kebutuhan bertambah, pendapatan tidak,” lanjutnya.
Tidak banyak perusahaan
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan, angka pengangguran di Banda Aceh, 7,5 persen, masih di atas rata-rata nasional. Ia mengakui, tidak mudah menekan angka pengangguran, apalagi tidak banyak perusahaan besar dan industri di Banda Aceh.
Aminullah menuturkan, sebagai kota jasa, wisata, dan perdagangan, pemuda harus kreatif dan meningkatkan skill agar mampu bersaing di dunia kerja. Gelar sarjana tidak menjamin untuk memperoleh pekerjaan layak tanpa skill. ”Lowongan kerja terbatas, sementara setiap tahun perguruan tinggi melahirkan lulusan,” ujarnya.
Ia menambahkan, job fair digelar untuk memfasilitasi pencari kerja dengan penyedia lowongan kerja. ”Silakan pilih mana yang cocok. Namun, perlu diingat, kerja bukan hanya di belakang meja, tetapi harus siap menerima tantangan,” kata Aminullah.