PALEMBANG, KOMPAS Status pengamanan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan diturunkan dari zona merah ke zona kuning. Selain karena perhelatan Asian Games sudah selesai, intensitas hujan sudah mulai meningkat. Meski begitu, satgas karhutla diminta tetap waspada rawan kebakaran hingga Oktober 2018.
Kepala Penerangan Komando Resor Militer 044/Garuda Dempo di Palembang Mayor (Inf) Aris Barunawan, Rabu (12/9/2018), mengatakan, sejak berakhirnya Asian Games di Palembang, status penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan diturunkan. Zona merah diberlakukan pada 20 Juli-5 September 2018.
Kemarin, 200 personel bantuan dari Brigade Infanteri Mekanis VI Divisi 2 Kostrad dipulangkan ke induk pasukannya di Jawa Tengah. Mereka dipulangkan menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Darat yang terbang dari Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Palembang, menuju Bandara Adi Soemarmo, Surakarta, Jawa Tengah. Mereka di Sumsel selama 45 hari.
Meskipun pasukan bantuan sudah ditarik, pengamanan terus dilakukan sampai tugas dari Satgas Penanggulangan Karhutla Sumsel selesai. Selanjutnya akan ada anggota TNI pengganti, yakni pasukan Batalyon Infanteri 141 dari Korem 044/Garuda Dempo yang baru menyelesaikan tugas penjagaan di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Aris mengatakan, saat zona merah diberlakukan, pengamanan ketat diterapkan di beberapa daerah rawan terbakar. Di dalam operasi Pati Geni itu, prajurit TNI bersama instansi lain yang tergabung dalam satgas karhutla melakukan sosialisasi dan menyisir kemungkinan kebakaran.
Penempatan pasukan bekerja sama dengan instansi lain itu dinilai efektif mencegah asap masuk Palembang saat Asian Games. Itu terlihat dari indikator indeks standar pencemar udara Palembang.
Demi memudahkan operasi, Satgas Karhutla Sumsel membagi wilayah operasi menjadi sembilan kolam. Itu mencakup 56 desa rawan di Ogan Ilir, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir.
Komandan Peleton Karhutla Sumsel Letnan I Usman mengatakan, sejumlah kendala pemadaman ditemukan, di antaranya kawasan terbakar merupakan lahan telantar. ”Kebanyakan lahan ilalang kering,” ujarnya.
Kawasan yang sudah difungsikan sebagai lahan perkebunan atau pertanian jarang terbakar.
Modus pelaku pembakaran biasanya pura-pura memancing, menumpang lewat, atau sengaja membuang puntung rokok. Kejadian kebakaran lahan dianggap biasa karena rutin setiap tahun.
Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, petugas masih siaga memadamkan potensi api, terutama di tiga kabupaten, yakni Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin.
Kepala Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Bandara SMB II Agus Santosa mengatakan, potensi kebakaran lahan tetap ada mengingat musim hujan di Sumsel baru terjadi dasarian I Oktober hingga dasarian III November. Saat ini hujan di beberapa lokasi, tetapi intensitas masih rendah dan sedang.
Pemantauan hari tanpa hujan (HTH) pada dasarian III Agustus menunjukkan sebagian kecil Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim mengalami HTH pendek, yakni 6-10 hari. (RAM)