BULUKUMBA, KOMPAS - Festival Pinisi ke-9 yang digelar di Bulukumba, Sulawesi Selatan, bukan hanya jadi ajang mengembangkan sektor pariwisata daerah ini, tapi diharapkan turut pula mendongkrak sektor pariwisata kabupaten di kawasan sekitarnya, terutama Kepulauan Selayar.
Dibuka Kamis (13/9/2018) sore, festival tahunan ini sudah didahului sejumlah acara sejak Minggu (9/9). Pada Kamis pagi, warga menggelar ritual Annyorong Lopi di sentra pembuatan perahu di Tana Beru. Acara ini dilanjutkan dengam festival layang-layang dan pembukaan secara resmi oleh Wakil Gubernur Sulsel A Sudirman Sulaiman di Dermaga Pelabuhan Ikan Tana Beru, Kamis sore.
Pembukaan ini dirangkaikan dengan pelayaran dari Tana Beru menuju Bira menggunakan kapal pinisi sepanjang petang hingga malam hari. Pelayaran ditutup dengan penandatanganan kerja sama antara Bupati Bulukumba dan Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar untuk pengembangan sektor pariwisata.
"Selama sembilan tahun dilaksanakan, Festival Pinisi punya dampak ke sektor pariwisata. Kalau dulu kawasan Bira hanya dikunjungi di musim libur panjang, sejak beberapa tahun terakhir, akhir pekan pun jadi ramai. Penginapan dan hotel cukup banyak. Kami berharap sektor di luar pariwisata juga terus tumbuh," kata Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba Ali Saleng sesaat setelah acara Annyorong Lopi.
Annyorong Lopi adalah tradisi masyarakat di Tana Beru, sentra pembuatan perahu dan pinisi. Tradisi ini berupa menurunkan perahu yang telah selesai dibuat ke laut. Biasanya ratusan warga terlibat untuk menarik dan mendorong perahu. Sejumlah ritual dan atraksi biasanya juga digelar mendahului acara ini.
Saat membuka Festival Pinisi, Wagub Sulsel Sudirman mengatakan, pemerintah akan terus mendukung upaya pengembangan pariwisata dengan membenahi infrastruktur dan berbagai sarana penunjang.
"Kami berharap bisa membenahi transportasi seperti penerbangan yang saat ini sudah ada di Selayar, wilayah tetangga Bulukumba. Membenahi transportasi untuk sektor pariwisata biasanya akan berdampak lebih cepat pada pertumbuhan ekonomi dan berbagai sektor lain ketimbang membenahi hanya untuk sekadar sarana transportasi. Kami juga akan membantu kapal cepat yang bisa menghubungkan Bulukumba dan Selayar," katanya.
Bulukumba sejak beberapa tahun terakhir menjadi tujuan wisata kedua terbesar di Sulsel setelah Toraja. Keindahan pantai dan pasir putih menjadi magnet yang menarik wisatawan. Tebing karang, puncak Kahayya yang terkenal dengan kopi lokal, pusat pembuatan perahu dan tempat asal pinisi di Tana Beru, hingga Kawasan Adat Ammatoa di Kajang, melengkapi destinasi maupun atraksi budaya di Bulukumba.
Kunjungan ke daerah ini pun terus meningkat. Sebagai gambaran, jika pada 2015 jumlah kunjungan 178.580, tahun lalu mencapai 226.970. Tahun ini, target kunjungan mencapai 300.000.
Pada acara penandatanganan kerja sama sektor pariwisata antara Pemkab Bulukumba dan Pemkab Kepulauan Selayar, kedua daerah akan memanfaatkan Bandara Selayar sebagai salah satu alternatif transportasi wisatawan yang akan ke Bulukumba.
"Selama ini dengan berkendara 5-6 jam dari Makassar ke Bira, waktu wisatawan cukup terbuang di jalan. Tapi dengan penerbangan ke Selayar yang tak sampai satu jam dan menyeberang dengan kapal cepat atau feri ke Bira, waktu tempuh bisa lebih singkat. Untuk Selayar, ini juga akan jadi ajang lebih memperkenalkan destinasi yang ada di wilayah ini," kata Bupati Kepulauan Selayar Basli Ali.
Di Selayar, kata Basli, terdapat sekitar 157 destinasi dan 40 atraksi budaya yang menjadi modal untuk pengembangan sektor pariwisata. Takabonerate yang selama ini sudah terkenal sebagai salah satu spot menyelam dengan keindahan pemandangan bawah laut akan dijadikan wisata berbasis penelitian.
[caption id="attachment_8230022" align="alignnone" width="720"] Laut biru dan pasir putih serta sentra pembuatan perahu menjadi daya tarik sektor pariwisata Bulukumba.[/caption]