SURABAYA, KOMPAS – Rangkaian Kongres Persatuan Pemerintah Daerah se-Asia Pasifik, United Cities and Local Government Asia Pacific, ke-7 di Surabaya, Jawa Timur, berakhir, Sabtu (15/9/2018). Di hari keempat, perwakilan delegasi dari 40 negara diajak menanam pohon di Taman Harmoni, Keputih.
Ada 100 batang pohon yang ditanam oleh perwakilan delegasi di taman seluas 65 hektar tersebut. Pohon yang ditanam terdiri atas 25 pohon Bisbul, 25 pohon Kepel, 25 pohon Nagasari, 13 pohon Zaitun, dan 12 pohon Namnam. Kegiatan ini menjadi simbol semangat untuk saling menghargai, mendukung, dan membantu satu sama lain antar daerah guna membanguan kota yang berkelanjutan di Asia Pasifik.
Usai melakukan penanaman pohon, beberapa delegasi United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC), melanjutkan tur ke sejumlah tempat di Surabaya, antara lain di Taman Bungkul, Kampung Margorejo, Mangrove Wonorejo, Kebun Bibit Wonorejo, Dolly, Kampung Jambangan, dan Kampung Nelayan Kenjeran.
Sehari sebelumnya, Jumat (14/9/2018) malam, para delegasi juga dijamu dengan beragam atraksi di acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. Para delegasi diantar ke lokasi acara menggunakan becak hias dan mobil Jeep. Selanjutnya, mereka naik perahu menyusuri Sungai Kalimas menuju Jalan Tunjungan.
Setiba di Jalan Tunjungan, salah satu lokasi bersejarah di “Kota Pahlawan”, tamu-tamu tersebut berbaur dengan warga di jalan sepanjang 500 meter. Mereka disuguhi pesta kuliner khas Surabaya, kerajinan tangan, dan pentas musik.
Di acara jamuan makan malam penyambutan, para delegasi juga dipertontonkan tari-tarian khas Jatim, seperti Tari Remo, dan Reog Ponorogo. Ada pula sajian makan khas Surabaya, seperti rawon, lontong kikil, sate kelapa, dan produk-produk UMKM Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, salah satu alasan terkait permintaan menjadi tuan rumah Kongres UCLG ASPAC ke-7 adalah agar pemimpin-pemimpin dunia mengetahui perkembangan Kota Surabaya. Risma ingin membagi pengalamannya selama delapan tahun memimpin Surabaya dengan mengajak delegasi berkeliling di berbagai sudut kota.
Terkait penanaman pohon, Risma menceritakan, sebelum menjadi Taman Harmoni, lokasi yang digunakan untuk menanam pohon tersebut adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Selama 25 tahun, akhirnya Pemkot Surabaya menutup dan mengubahnya menjadi salah satu dari 420 taman kota di Surabaya.
“Kawasan ini dulunya merupakan permukiman kumuh, sama seperti di bantaran Sungai Kalimas yang dikunjungi semalam. Saya berinisiatif mengubah kondisi itu dan warga direlokasi ke rumah susun,” kata Risma.
Selain itu, di Taman Harmoni nantinya juga akan dibangun Co-Working Space atau ruang kerja bersama untuk anak-anak muda berkreasi. Fasilitas itu diperlukan untuk menyiapkan anak-anak muda menghadapi bonus demografi 2040. Diharapkan anak-anak muda bisa berkreasi dengan fasilitas dari pemerintah yang cukup memadai.
"Saya terpikat dengan kehjiauan Kampung Margorejo. Ini sebuah kerja yang hebat dari warga sekitar. Sangat terinspirasi," ujar delegasi asal Bangladesh, Uddin Muhammad Muslem.
Delegasi asal India, Pal Tapas, mengaku senang dan kagum dengan suasana Kampung Ketandan. Menurut dia, masyarakat Ketandan sangat ramah dengan kedatangan tamu dari luar negeri. Menyusuri gang demi gang, para delegasi langsung menuju Balai Budaya Cak Makerso, Ketandan.
"Sangat tradisional dan harus dipertahankan. Suatu hal yang berbeda dari yang lain itu harus dijaga dan dipertahankan," kata Tapas yang juga seorang dosen di salah satu universitas di India.
Senior Human Settlements Officer UN Habitat Bruno Dercon menuturkan, jamuan acara selama UCLG ASPAC sangat spektakuler. Dia mengaku senang dan bangga kepada Surabaya yang mengemas kegiatan selama empat hari dengan sangat baik. “Selama saya berada di Indonesia sejak tahun 1986, menurut saya ini acara yang paling bagus. Ini sangat luar biasa,” katanya.
Bruno juga mengapresiasi kinerja Risma yang dinilai berhasil dalam mengubah wajah Sungai Kalimas yang kotor menjadi lebih bersih, terawatt, dan indah dipandang mata. “30 tahun lalu itu, air sungainya kotor, namun sekarang airnya lebih bersih,” ungkapnya.
Sedangkan delegasi asal Pakistan, Fauzia Chalid, mengaku takjub dengan keadaan kota ini. Sebelum datang, dia tidak membayangkan keadaannya akan sebaik dan senyaman ini. “Mobilitas disini bagus. Kerja keras Ibu Risma sebagai Wali Kota keren banget. Surabaya the best,” katanya.