BLORA, KOMPAS Terletak di ujung timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora belum menjadi daerah strategis destinasi wisata. Untuk itu, pemerintah setempat berupaya menggali segala potensi, termasuk sastra dan seni tradisi lokal, untuk dipromosikan. Dengan upaya itu diharapkan geliat pariwisata bisa meningkat.
Sekretaris Daerah Kabupaten Blora Komang Gede Irawadi, di Blora, Jumat (14/9/2018), mengatakan, selama ini, pariwisata andalan di Blora yang cukup terkenal adalah tur lokomotif kereta api uap di PT Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Cepu. Sementara obyek wisata lain dinilai masih berskala lokal.
Menurut Komang, perlu ada pendongkrak untuk meningkatkan geliat wisata di Blora. ”Upaya kami antara lain dengan mengangkat kembali sastra dan kebudayaan Blora sehingga menjadi nilai jual. Ini pelestarian sekaligus promosi. Dengan mengangkat kebudayaan, pariwisata akan terdampak,” tutur Komang.
Terkait sastra, Blora tak bisa dilepaskan dari sastrawan ternama Pramoedya Ananta Toer (6 Februari 1925-30 April 2006) yang karya-karyanya dikenal di berbagai belahan dunia. Adapun seni tradisi yang dicoba untuk dilestarikan dan kembali diperkenalkan antara lain barongan, wayang krucil, dan tayub.
Festival
Gairah kesusastraan dan kebudayaan di Blora kembali dihidupkan lewat platform Indonesiana yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di antaranya lewat Festival Cerita dari Blora yang berlangsung pada 12-15 September 2018. Sejumlah kegiatan digelar di rumah masa kecil Pramoedya di Jetis, Blora.
Komang menambahkan, budaya adiluhung di Blora harus dikembangkan. ”Kami tak ingin jadi sekadar pewaris, tetapi mengembangkan untuk kesejahteraan masyarakat. Banyak contoh daerah lain yang mampu menjadikan seni tradisi sebagai identitas yang kuat. Arah kami ke sana,” katanya.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Blora Kunto Aji menuturkan, ke depan, strategi yang digunakan berupa paket-paket wisata dengan menawarkan berbagai daya tarik yang ada. Misalnya, di bagian timur ada wisata warisan budaya Loko Tour dan di barat ditawarkan Rumah Masa Kecil Pramoedya.
Kunto menambahkan, pada 2018, wisatawan yang berkunjung ditargetkan 200.000 orang, meningkat dari tahun 2017 sekitar 170.000 orang. ”Kami optimistis karena Blora juga memiliki banyak kuliner yang diburu, seperti sate dan lontong opor Ngloram,” katanya.
Rumah Masa Kecil Pramoedya yang kini ditempati adiknya, Soesilo Toer, dijadikan perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (Pataba). Rumah yang akan dijadikan pusat laboratorium sastra di Blora itu akan direvitalisasi Kemdikbud.
Staf Khusus Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Anung Karyadi mengatakan, sebagian orang masih melihat Pramoedya kental dengan ideologi kiri, di mana karya-karyanya sempat dilarang beredar.
”Ini tugas kita untuk menyosialisasikan agar jangan melihat politiknya, tetapi sastranya. Ini edukasi,” kata Anung.
Sejumlah kegiatan pada Festival Cerita dari Blora antara lain diklat penulisan prosa, musikalisasi puisi, lokakarya tayub dan wayang krucil, pergelaran singiran, serta diskusi. Di rumah masa kecil Pramoedya juga dipamerkan sejumlah karya lukis wajah Pramoedya oleh para seniman serta barang-barang peninggalannya.
Bandara Ngloram
Komang mengatakan, upaya menggeliatkan pariwisata di Blora juga didukung pembangunan Bandara Ngloram. Bandara itu saat ini masih merupakan lapangan terbang dengan landas pacu sepanjang 900 meter. Tahun depan, overlay (pelapisan tambahan) landas pacu, pembangunan terminal, dan jalan akses akan dimulai.
Sejauh ini, baru dilakukan pemagaran bandara. ”Kami masih menunggu grand design dari pemerintah pusat. Mudah-mudahan segera dibangun. Nantinya, landas pacu direncanakan sepanjang 1.600 meter. Terminal memadai pun akan dibangun. Prioritas pemda pada akses jalan,” papar Komang.
Apabila aksesibilitas sudah meningkat, termasuk melalui jalur udara, Komang meyakini tingkat kunjungan ke Blora akan meningkat. Terlebih, kata Komang, saat ini di Cepu yang merupakan kawasan eksplorasi minyak bumi, perhotelan sudah berkembang dengan baik.
Komang berencana melibatkan Perhimpunan Hotel dan Restoran Seluruh Indonesia (PHRI), biro perjalanan, dan pihak lain. ”Nantinya akses paling bagus, ya, lewat bandara. Kami harapkan ke depan, seminar-seminar skala nasional bisa digelar di Blora,” katanya. (DIT)