INDRALAYA, KOMPAS Kebakaran lahan di Sumatera Selatan bakal tetap terjadi pada bulan Oktober. Pasalnya, sejumlah petani kemungkinan membuka lahan untuk memulai masa tanam periode Oktober-Maret.
Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel Kolonel (Inf) Iman Budiman, Sabtu (15/9/2018), di Palembang, menjelaskan, saat Asian Games, warga sudah diminta untuk tidak membakar lahan. Hasilnya, masyarakat menahan diri untuk tidak membakar lahan.
Namun, saat ini, petani akan menggunakan lahan untuk bercocok tanam. ”Selama Asian Games, masyarakat mendukung kita untuk tidak membakar. Kami juga harus mendukung petani karena musim tanam akan dimulai sebentar lagi. Ini menyangkut hajat hidup petani,” katanya seusai menghadiri pertemuan dengan anggota Komisi VIII DPR.
Meski demikian, ujar Iman, pihaknya akan terus menginstruksikan petani untuk mengeliminasi gerakan api. Caranya dengan mengumpulkan sisa tanaman di tengah dan dibakar tetapi harus dijaga hingga api padam.
Iman mengakui, dalam beberapa hari terakhir mulai terjadi kebakaran lahan di sejumlah wilayah di Sumsel. Satelit Lapan mencatat ada 53 titik panas di Sumsel. Kebakaran juga masih terjadi di Kecamatan Tulung Selapan, Cengal, Pangkalan Lampam, dan Kecamatan Indralaya Utara.
Kompas sempat melihat proses pemadaman api di Desa Sungai Rambutan, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Petugas berjibaku untuk memadamkan api. Sulitnya akses jalan dan angin yang kencang membuat api terus membesar. Pemadaman melalui udara juga dilakukan untuk meminimalisasi kebakaran.
Kepala Dinas Pertanian Sumsel Erwin Noor Wibowo mengatakan, salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan masyarakat membuka lahan dengan membakar adalah meningkatkan produktivitas lahan dari yang semula hanya satu kali taman per tahun bisa ditingkatkan menjadi dua kali tanam atau bahkan tiga kali tanam per tahun.
Dengan demikian, ilalang tidak dapat tumbuh tinggi sehingga tidak perlu membakar. Saat ini dari 1 juta hektar lahan tanam yang ada di Sumsel, 360.000 hektar lahan di antaranya menggunakan skema IP 200 atau dua kali tanam per tahun. Ini terbukti dapat meminimalisasi kebiasaan petani untuk membakar lahan. (RAM)