Tergolek di Pantai Selatan Trenggalek
Trenggalek yang berada di sudut Jawa Timur menyimpan banyak pesona; Pantai bersih nan indah, boga bahari yang lezat, serta fauna yang langka. Kemolekan alam Trenggalek membuat turis ingin kembali ke sana lagi.
Dalam naung pondok bambu dengan semilir angin laut, kami bersama sahabat menikmati nasi hangat berasap. Ikan salmon putih bakar beroles sambal bawang dan sambal kecap yang pedas menyengat membuat kami kian berselera. Kenikmatan itu dilengkapi dengan irisan ketimun dan kol yang menyegarkan. Kami pun menutupnya dengan segarnya air kelapa muda.
Menikmati boga bahari, Rabu (5/9/2018), selepas bermain pasir dan ombak di Pantai Konang, Trenggalek, Jawa Timur, memang menggembirakan jiwa. Luntur sudah letih tubuh yang basah berpeluh. Hilanglah lapar dan dahaga.
Mata kembali segar melihat hamparan pasir putih kecoklatan, dan birunya samudra di Pantai Konang di selatan Trenggalek.
Pantai Konang selayaknya paket lengkap; menikmati pantai, menyantap kuliner laut dan menikmati aktivitas sehari-hari nelayan setempat.
Nelayan yang menarik jala dari laut, deretan kapal kayu, lalu lalang orang, dan aktivitas penjual makanan minuman menjadi aktivitas keseharian yang bisa ditemui di pantai itu.
Kebetulan kami datang saat nelayan mengadakan hiburan memperingati HUT ke-73 Kemerdekaan RI. Ada panggung dan wahana hiburan di sudut pantai. Panggung itu menjadikan suasana pantai jadi semarak. Lebih dari 500 petandang lokal datang menikmati suasana, kuliner, dan belanja ikan segar, siang itu. Lepas acara itu, Pantai Konang biasanya kembali tenang.
Bermain ombak di Pantai Konang sepertinya menyenangkan, tetapi tidak dianjurkan untuk berenang di sana karena arus laut yang deras. Papan larangan berenang belum banyak, pengunjung pun lebih baik berhati-hati.
Pengunjung masih bisa berendam atau berbasah-basah dengan debur ombak tepi laut. Jika ingin berkelana lebih jauh, pengunjung juga bisa menyewa perahu nelayan untuk menyusuri pesisir. Bawalah bola dan mainan untuk menambah keringat saat bermain di sana.
Konang berada di Desa Nglebeng, Kecamatan Panggul, yang merupakan salah satu obyek wisata bahari andalan Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Pantai ini terletak 53 kilometer di barat daya Alun-Alun Trenggalek. Butuh waktu 1 jam 20 menit untuk mencapai Pantai Konang dari jantung Bumi Turanggo Yakso dengan mobil pribadi.
Rute perjalanan Trenggalek-Panggul sudah beraspal mulus, tetapi amat menantang dan menuntut konsentrasi. Jalanannya berkelok-kelok dan banyak turunan serta tanjakan yang curam.
Pariwisata Konang sampai saat ini masih dikelola oleh aparatur dan kelompok sadar wisata Nglebeng secara terbatas. Perekonomian warga terdorong dari aktivitas wisata, seperti menyewa perahu, membayar parkir kendaraan, atau membeli makanan minuman.
Kelana osean
Tak hanya Konang yang menarik. Pantai Kili-kili pun aduhai. Letak pantai ini ada di 7 kilometer dari Konang.
Kili-kili berada di wilayah Desa Wonocoyo, jantung administrasi Panggul. Kili-kili dapat dijangkau dengan mobil melalui jaringan jalan desa. Kendaraan tidak dapat parkir terlalu dekat dengan pantai karena jalan belum menembus ke tepian pantai. Pengunjung perlu meniti jalan setapak sekitar 100 meter menuju pantai.
Penangkaran penyu menjadi salah satu destinasi yang dimiliki Kili-kili. Pemkab Trenggalek telah membangun penangkaran penyu sebagai wahana edukasi bagi para pengunjung.
Kili-kili belum dikelola secara penuh oleh kelompok sadar pengawas Wonocoyo. Untuk itu, datang ke pantai belum ada retribusi. Namun, masuk ke kompleks bangunan penangkaran penyu, sebaiknya memberikan sumbangan untuk meringankan beban penjaga mencari pakan bagi sang kelana osean yang ditangkarkan.
Yudi ”Sigit” Sudarmanto, sukarelawan penangkar penyu sekaligus Pokdarwas Pantai Kili-kili, mengatakan, sebelum 2010, daging dan telur penyu dikonsumsi oleh warga secara diam-diam. ”Berkat warga yang peduli lingkungan, secara bertahap penyu coba dilindungi,” katanya.
Kili-kili memang dianugerahi alam sebagai lokasi pendaratan penyu. Gerakan penyelamatan penyu dimulai pada 2010. Pemerintah Desa Wonocoyo memberikan insentif uang tunai sekadarnya bagi warga yang melapor jika ada penyu mendarat dan bertelur.
Informasi ditindaklanjuti dengan pengecekan dan penjagaan secara swadaya oleh warga yang peduli. Mereka juga mendekati dan membujuk warga lainnya yang kedapatan menjual atau membeli daging dan telur penyu untuk konsumsi.
Misdi, Kepala Dusun Wonocoyo Utara, mengatakan, warga tak lagi mengonsumsi penyu. Salah satu penyebabnya adalah kesadaran mereka akan keberadaan satwa yang dilindungi. Mengonsumsi penyu berarti melanggar hukum.
Tindakan itu mengetuk hati Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Dua tahun kemudian pemkab mengucurkan dana untuk pembangunan fasilitas penangkaran penyu. Adapun jenis yang ditangkarkan di fasilitas itu ialah penyu lekang atau penyu sisik semu abu-abu (Lepidochelys olivacea). Di penangkaran ada kolam-kolam yang berisi tukik, anakan, dan penyu dewasa sebagai pembelajaran lingkungan kepada para pengunjung.
Menurut tabel yang dipajang di penangkaran, dalam kurun 2012-2017, tercatat 252 indukan menetas di Kili-kili. Namun, patut dicermati, satu indukan bisa datang beberapa kali dalam setahun untuk bertelur. Dalam kurun waktu tersebut, total telur ada 21.070 butir, tetapi yang menetas menjadi tukik (anakan) sebanyak 12.019 butir. Persentase telur menetas 57 persen.
Kurun Januari-Agustus 2018, menurut catatan Sigit, ada 83 indukan yang mendarat di Kili-kili. Sebanyak 67 indukan bertelur dengan jumlah 4.489 butir. Telur yang belum menetas ada 1.105 butir.
Secara alami, tingkat keberhasilan penyu menetas dan kembali ke Kili-kili untuk bertelur tidak tinggi. Jika ada 100 tukik yang memulai berkelana dari Kili-kili, yang kembali untuk bertelur tidak sampai lima ekor. Jika bertelur di suatu tempat, penyu akan selalu kembali ke tempat yang sama untuk bertelur.
Penyu, pantai, hamparan pasir dan sedapnya kuliner laut menjadi sepetak surga bagi kami. Tak ingin kami beranjak dari pantai, walau matahari telah surut di batas cakrawala.
Trenggalek Selatan, seolah-olah memanggil lagi ketika kami sudah kembali ke rutinitas kerja sehari-hari. Kami serasa ingin tergolek lagi di hamparan pasir bersih dan ombak jernih Pantai Konang dan Kili-kili.