BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kapasitas air di Waduk Batutegi, Kabupaten Tanggamus, Lampung, diprediksi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan irigasi selama musim tanam gadu tahun ini. Para petani diharapkan memanfaatkan air secara optimal.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung Provinsi Lampung Reza Fahlevi menjelaskan, pada musim kemarau tahun ini, kapasitas air di Waduk Batutegi relatif masih aman. Saat ini, volume air waduk sekitar 463 juta meter kubik.
Saat ini, realisasi elevasi Waduk Batutegi 261 meter dari kondisi normal 274 meter. Adapun batas minimal untuk irigasi 208 meter.
Selama ini, kata dia, Waduk Batutegi mengairi 55.373 hektar lahan pertanian di Lampung. Area pertanian yang mendapat pasokan dari waduk itu antara lain persawahan di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Kota Metro.
Untuk menyiapkan tanam pada musim gadu tahun ini, Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji-Sekampung telah mendistribusikan air sejak awal September.
”Pada September-Januari, ada 11.893 hektar lahan pertanian yang mendapat air dari Waduk Batutegi. Selanjutnya, pada Oktober, ada 9.288 hektar lahan. Artinya, Waduk Batutegi masih bisa memenuhi kebutuhan air untuk irigasi,” kata Reza, Senin (17/9/2018) di Bandar Lampung.
Meski hujan diprediksi baru akan turun dua bulan ke depan, petani diminta tidak mengkhawatirkan pasokan air. Pasalnya, kapasitas air Waduk Batutegi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air hingga musim panen tahun ini.
Reza berharap petani segera mengolah lahan agar air yang telah digelontorkan untuk irigasi tidak terbuang. Dengan begitu, air dari waduk dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produktivitas padi di Lampung.
Sementara itu, petani di Kabupaten Lampung Tengah yang mendapat pasokan air dari Bendungan Batutegi mulai membajak sawah. Menurut rencana, petani akan mulai melakukan penyemaian bibit pada pertengahan Oktober mendatang.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Kelurahan Kota Gajah, Kecamatan Kota Gajah, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Aleck Martono menyatakan, 422 hektar sawah di kelurahan itu telah mendapat pasokan air sejak awal September. Saat ini, sebagian besar petani telah mengolah lahan.
Menurut dia, debit air yang mengalir ke sawah-sawah petani masih dalam kondisi normal. Seluruh area persawahan juga mendapat jatah air dari saluran irigasi setiap hari.
Mundur
Meski demikian, kata dia, musim tanam tahun ini mudur dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2017, petani telah menanam padi sejak awal September. ”Petani menunda tanam karena masih banyak serangan hama tikus dan wereng,” ujarnya.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, petani bergotong royong menangkap tikus di area persawahan. Sementara itu, serangan hama wereng dibasmi dengan menggunakan pestisida.
Aleck menilai musim kemarau tahun ini tidak terlalu parah dibandingkan tahun 2015. Dia optimistis, produksi padi pada musim gadu tahun ini bisa mencapai 4-5 ton per hektar.