LOMBOK TENGAH, KOMPAS - Kegiatan wisata dan rapat dari kementerian/lembaga diharapkan diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hal ini untuk menunjukkan kepada wisatawan bahwa kondisi Lombok aman untuk dikunjungi. Kedatangan masyarakat ke Lombok juga memulihkan roda ekonomi warga.
Kementerian Pariwisata mengadakan Lokakarya Internasional ”Implementasi Ekonomi Biru di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika” dan Sail to Indonesia Rally 2018 di Lombok, Senin (17/9/2018). Acara yang berlangsung selama dua hari itu dihadiri peserta dari dalam negeri dan mancanegara.
”Kedatangan warga negara asing dan lokal ke Lombok menunjukkan kebangkitan sektor pariwisata mulai terlihat,” kata Penasihat Kehormatan Menteri Pariwisata Indroyono Soesilo di sela lokakarya tersebut di Mandalika, Lombok Tengah.
Menurut Indroyono, Lombok aman dikunjungi oleh wisatawan meski baru saja kena gempa. Banyak destinasi wisata yang tidak rusak, seperti di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Kawasan wisata yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober 2017 itu memiliki sejumlah destinasi menarik, antara lain Pantai Kuta, Pantai Gerupuk, dan Bukit Merese.
Direktur Konstruksi dan Operasi PT International Tourism Development Corporation, badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola kawasan Mandalika, Ngurah Wirawan mengatakan, Menteri BUMN Rini Soemarno telah meminta BUMN-BUMN untuk mengadakan rapat di Lombok.
”Memaksa wisatawan asing datang ke Lombok tidak mudah. Oleh karena itu, kami maksimalkan kunjungan dari warga dalam negeri,” ucap Wirawan.
Dia menuturkan, gempa yang terjadi sejak akhir Juli tidak menyebabkan kerusakan bangunan di kawasan itu. Namun, gempa berdampak pada psikologis wisatawan yang akhirnya meninggalkan kawasan tersebut karena khawatir gempa susulan. Hingga saat ini, jumlah wisatawan ke Mandalika belum normal.
Menurut Wirawan, lokasi Mandalika relatif aman. Bangunan di kawasan ini memiliki struktur tahan gempa hingga Magnitudo 9,0. Pekerja bangunan dan pengelola resor telah dibekali manajemen bencana sehingga sigap menangani jika ada bencana.
Pada hari yang sama, peserta Sail Moyo-Tambora 2018 sebagai rangkaian Sail to Indonesia Rally 2018 yang tiba di Medana Bay Marina, Lombok Utara, disambut warga dusun yang berdekatan, yakni Dusun Teluk Dalem Keren dan Jambeanom.
Mereka dihibur atraksi kesenian tradisional dan begibung (makan bersama) kuliner khas Lombok bersama warga dusun.
Menurut pemilik Medana Bay Marina, Ace Robin, 40 yacht berisi 120 orang tiba bertahap 5 Agustus-17 September. Pada kedatangan kali ini, peserta urunan uang dan diserahkan kepada warga untuk menyelenggarakan begibung. Seusai makan bersama, peserta dihibur tarian musik Gendang Beleq dan tarian Rudat.
”Amazing,” kata Careen, peserta asal Darwin, Australia. Perempuan berprofesi perawat ini berlayar bersama suaminya.
”Penduduknya ramah, makanannya enak. Saya akan cerita ke banyak orang di Darwin bahwa tidak semua tempat di Lombok terdampak gempa. Saya akan publikasikan melalui Facebook bahwa Lombok aman dikunjungi wisatawan,” ujar Careen.
Aktivitas pariwisata di Lombok terus menggeliat. Hal itu tampak dari mengalirnya tamu hotel di sejumlah destinasi wisata Senggigi, Lombok Barat, dan Gili Trawangan, Lombok Utara.
Stevy Yasinta dari bagian Public Relation Kila Senggigi Beach Hotel menuturkan, dari 166 kamar hotel, 88 kamar terisi.
Sebanyak 15 kamar ditempati wisatawan asing, sisanya sukarelawan yang membantu kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Hal senada dinyatakan Public Relation Hotel Aruna Senggigi Puri.
Di Jakarta, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan, PUPR telah mengirim 400 insinyur untuk mendampingi masyarakat dalam menentukan desain rumah. Selain itu, ada 135 fasilitator untuk membantu mendapatkan informasi terkait pembangunan rumah.
”Kendalanya ada pada ketersediaan bahan bangunan. Kekurangan bahan bangunan dikirim dari Surabaya, jadi belum bisa secepat yang diharapkan. Letak rumah warga yang berjauhan dan sulit dijangkau juga menjadi kendala,” katanya. (SYA/RUL/E22)