Gempa Tak Pengaruhi Mandalika
Investasi di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika tidak terpengaruh bencana gempa. Pembangunan hotel dan tempat berjualan bagi pelaku UMKM tetap berjalan.
LOMBOK TENGAH, KOMPAS Gempa yang mengguncang Lombok tidak berdampak pada pembangunan dan investasi di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pembangunan hotel dan fasilitas bazar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah berjalan sesuai rencana.
Berdasarkan pantauan pada Selasa (18/9/2018) di Mandalika, dua pembangunan besar sedang berlangsung, yakni Hotel Pullman dan bazar UMKM. Sejumlah pekerja bangunan menyelesaikan pembangunan hotel dan tempat bazar UMKM yang masih dalam tahap konstruksi.
”Sejak gempa terjadi, pembangunan di Mandalika tetap berjalan. Pekerja sempat menjauhi bangunan saat gempa, tetapi kembali bekerja setelah beberapa saat,” kata Ngurah Wirawan, Direktur Konstruksi dan Operasi PT International Tourism Development Corporation (ITDC), badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola KEK Mandalika.
Wirawan menuturkan, konstruksi bangunan di Mandalika, termasuk Hotel Pullman dan bazar UMKM, dirancang tahan gempa dengan kekuatan magnitudo hingga 9,0. Karena itu, tidak ada struktur bangunan yang rusak saat terjadi gempa.
Pembangunan tetap bisa dilanjutkan tanpa ada hambatan yang berarti.
”Pekerja bangunan sudah dilatih mekanisme tanggap bencana sehingga bisa menyelamatkan diri saat berada di bangunan yang diguncang gempa,” ucapnya.
Gempa yang terjadi di Lombok, katanya, juga tidak memengaruhi minat investor untuk membangun hotel dan fasilitas di kawasan seluas 1.175 hektar yang memiliki garis pantai sepanjang 14,6 kilometer dari timur ke barat itu.
Rencana pembangunan sirkuit MotoGP oleh perusahaan BUMN asal Perancis, Vinci Construction Grand Projects, juga tetap berjalan.
Rasional
Investor dinilai lebih rasional dalam melihat gempa yang terjadi. Hal itu dipahami sebagai bencana alam yang tidak bisa diprediksi. Investor dari dalam dan luar negeri yang sudah menandatangani nota kesepahaman serta izin mengelola lahan atau land utilization and development agreement dipastikan tetap melanjutkan kerja sama.
ITDC terus membangun infrastruktur dasar, seperti jalan dan drainase, untuk menarik minat investor ke Mandalika. ”Investor akan dikenai denda apabila tidak segera membangun setelah desainnya disetujui,” kata Wirawan.
Penasihat Kehormatan Menteri Pariwisata Indroyono Soesilo mengatakan, desain pembangunan di KEK Mandalika mengacu pada konsep ekonomi biru yang sudah ditetapkan pada tahun 2014. Konsep ekonomi biru mensyaratkan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Pembangunan obyek wisata harus memperhatikan dampak pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan kesehatan lingkungan.
”Sesuai kajian yang dilakukan pada tahun 2013, investasi di Mandalika bisa menyerap 77.000 tenaga kerja dan pemasukan 110 juta dollar AS per tahun jika seluruh kawasan sudah dibangun,” ujarnya.
Hingga saat ini, 102 kamar hotel sudah dibangun di Mandalika dan pembangunan sejumlah hotel lain menyusul. Kemudian ada 1.771 kamar hotel yang masuk tahap pembangunan dan pengajuan desain serta 1.255 kamar hotel dalam tahap negosiasi kontrak. Ditargetkan ada 2.500 kamar hotel tersedia hingga lima tahun mendatang. Hotel-hotel yang akan dibangun di Mandalika antara lain Hotel Pullman, Shaza, Mysk, X2, Royal Tulip, Club Med, Paramount, dan Aloft.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Mohammad Faozal optimistis, jika semua fasilitas di Mandalika sudah terbangun, hal itu bisa meningkatkan kunjungan wisatawan. Terlebih lokasi KEK Mandalika dekat dengan Bandar Udara Internasional Lombok yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan bermotor. Lokasi yang strategis itu menjadi salah satu daya pikat turis datang ke tempat itu.
Saat ini, KEK Mandalika menyumbang 20 persen dari kunjungan wisatawan di NTB. Capaian itu masih di bawah Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air yang menyumbang 60 persen kunjungan wisatawan. Namun, dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar cukup nyata.
Di kawasan itu berkembang usaha penginapan, kafe, restoran, dan kios oleh-oleh yang diusahakan warga sekitar sejak tiga tahun lalu. ”Tindak kejahatan juga berkurang drastis seiring peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat yang ditopang sektor pariwisata,” kata Faozal. (RUL/SYA)