MEDAN, KOMPAS - Kementerian Pariwisata mempromosikan Kota Medan sebagai destinasi wisata pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE). Medan punya fasilitas memadai, seperti hotel berbintang, gedung konvensi, destinasi, dan jaringan penerbangan luas. Namun, sejumlah hal harus diperbaiki, seperti penyelenggaraan kegiatan terjadwal dan perbaikan infrastruktur.
Kepala Bidang Area II Regional I Pengembangan Pemasaran Kementerian Pariwisata Kiagoos Irvan Faisal pada acara Promosi 10 Destinasi MICE, Kamis (20/9/2018), di Medan, Sumatera Utara, mengatakan, pangsa pasar wisata MICE di Indonesia cukup besar. Konsumen berasal dari korporasi, pemerintahan, dan asosiasi.
Wisata MICE umumnya dilaksanakan terorganisasi, peserta cukup banyak, dan uang yang dibelanjakan cukup besar.
Acara promosi dihadiri 28 penyedia jasa wisata MICE dari Medan, seperti perhotelan, ruang konvensi, restoran, agen wisata dan perjalanan, jasa persewaan mobil, serta jasa dokumentasi. Sebanyak 51 konsumen wisata MICE dari berbagai perusahaan di bidang otomotif, properti, perbankan, dan media hadir dalam acara itu.
Ketua Panitia Penyelenggara Promosi 10 Destinasi MICE Indra Sakti Madewa mengatakan, promosi pada 19-22 September menargetkan transaksi Rp 3,75 miliar. Promosi juga memperkenalkan sejumlah destinasi wisata, seperti Rumah Tjong A Fie, Masjid Raya Medan, dan Danau Toba.
Medan punya ruang konvensi berkapasitas 1.500 orang. Namun, pertemuan korporasi dengan peserta 3.000 orang belum bisa dilaksanakan di Medan. Indra optimistis banyak pengusaha membangun ruang konvensi lebih besar karena pasar wisata MICE berkembang.
Di Lampung, peneliti dari Universitas Lampung bekerja sama dengan peneliti dari Jepang dan Filipina mengembangkan hutan mangrove di Desa Margasari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, menjadi kawasan ekowisata. Menurut Kepala Puslitbang Pesisir dan Kelautan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung Endang L Widiastuti, desa itu didampingi Universitas Lampung dan pemerintah daerah sejak 1995. Kini, luas hutan mangrove lebih dari 700 hektar.
”Keanekaragaman hayati pada ekosistem hutan mangrove di Margasari bisa menjadi daya tarik bagi turis,” kata Endang di sela-sela seminar internasional ”Community-oriented and Watershed-based Approach for Harmonizing Environmental Conservation and Regional Economy”, Kamis, di Bandar Lampung. (NSA/VIO)