MEDAN, KOMPAS - Enam mahasiswa yang terluka akibat bentrok saat berunjuk rasa di DPRD Sumatera Utara sudah pulang dari Rumah Sakit Bhayangkara, Medan, Sumatera Utara, Jumat (21/9/2018). Dua mahasiswa yang ditangkap polisi juga sudah dipulangkan dari Kepolisian Resor Kota Besar Medan.
Mahasiswa meminta agar bentrok antara mahasiswa yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo dan massa pendukung pemerintah diusut tuntas. ”Sepuluh mahasiswa terluka sehingga harus dirawat di rumah sakit. Ini harus diusut tuntas,” kata Presiden Pemerintahan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Wira Putra di Medan.
Massa pengunjuk rasa pro-Jokowi bentrok dengan mahasiswa yang mengkritisi pemerintahan Jokowi di Kantor DPRD Sumatera Utara, Kamis (20/9). Dua kelompok massa yang awalnya dipisahkan pagar betis personel polisi akhirnya bentrok setelah saling ejek serta saling melempar air mineral dalam botol dan batu. Unjuk rasa itu pun dibubarkan polisi dengan memukul mundur pengunjuk rasa dan melepaskan gas air mata.
Menurut Wira, sekitar 600 mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bersatu Se-Kota Medan awalnya berkumpul di Lapangan Merdeka, Medan. Mereka antara lain dari Kampus Universitas Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, dan Universitas Panca Budi Medan.
Massa mahasiswa lalu berjalan ke Kantor DPRD Sumatera Utara sambil menyampaikan aspirasi dengan berorasi dan membentangkan spanduk. Mereka menyampaikan kritik, antara lain soal pelemahan ekonomi, harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Saat tiba di depan kantor DPRD, pengunjuk rasa pro-pemerintah sudah ada di sana.
Kedua kelompok awalnya menyampaikan aspirasi masing-masing dengan aman di depan Kantor DPRD Sumatera Utara. Mereka terpisah sekitar 100 meter.
Massa pro-Jokowi pun menyampaikan berbagai aspirasi. Mereka, antara lain, meminta semua pihak tidak mengeksploitasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) untuk kepentingan politik kelompok tertentu. ”Mari kita memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat,” kata Abdullahsyah, koordinator aksi Komunitas Masyarakat Cinta NKRI, yang merupakan massa pendukung Jokowi.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Medan Komisaris Besar Dadang Hartanto mengatakan, petugas terpaksa memukul mundur pengunjuk rasa untuk memisahkan kedua kelompok massa yang sudah terlibat aksi saling lempar. Petugas juga melepaskan gas air mata kepada massa agar aksi saling lempar tidak berlanjut.
Dadang menyebutkan, pihaknya menurunkan sekitar 500 personel untuk mengamankan unjuk rasa itu. Sejumlah kendaraan water cannon dan barakuda juga disiagakan. Para pengunjuk rasa dari kubu mahasiswa merusak mobil dinas polisi. Seorang polisi, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Besar Putu Yudha Prawira, mengalami luka ringan di perut. ”Kami melakukan upaya pengamanan untuk menenangkan situasi. Enam mahasiswa terluka dan dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara,” katanya.
Dua mahasiswa yang merusak mobil dinas polisi ditahan petugas. Namun, pada Kamis malam, kedua mahasiswa tersebut sudah dipulangkan dari kantor polisi. (NSA)