KUNINGAN, KOMPAS — Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, kembali terbakar pada Minggu (23/9/2018). Areal seluas 9 hektar pun hangus dilahap si jago merah. Untuk menghindari kebakaran susulan, petugas pemerintah dan masyarakat tetap bersiaga di sekitar gunung tertinggi (3.078 mdpl) di Jabar tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan Agus Mauludin mengatakan, setelah menyisir daerah terdampak kebakaran di hutan Gunung Ciremai, Senin (24/9), pihaknya tidak lagi menemukan adanya titik api. Sehari sebelumnya, api menghanguskan sembilan lahan di Blok Sayang Kaak, Blok Citamiang, dan Blok Curug Gongseng di Desa Trijaya dan Desa Cibuntu.
Lahan yang terbakar didominasi ilalang dan perdu. Api mulai menjalar pada Minggu petang dan dipadamkan pukul 22.00. Petugas BPBD Kuningan, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), TNI, Polri, dan relawan pencinta alam turut memadamkan api tersebut.
”Meskipun api sudah padam, kami tetap bersiaga di tiga titik,” ucap Agus. Setidaknya, 121 personel gabungan turut memantau hutan Gunung Ciremai. Apalagi, pada Selasa (18/9)-Rabu (19/9/2018), seluas 94,2 hektar lahan di Desa Setianegara, Kecamatan Cilimus, termasuk wilayah TNGC juga terbakar.
Menurut Agus, potensi kebakaran masih ada seiring berlangsungnya musim kemarau. Pemkab Kuningan juga telah menetapkan siaga kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan pada Juli hingga Oktober 2018.
Kepala Balai TNGC Kuswandono mengatakan, pihaknya juga tetap memantau perkembangan Gunung Ciremai. Menurut dia, saat ini, kekeringan akibat kemarau di Ciremai sangat mudah terbakar ketika tersulut api.
”Penyebab kebakaran masih diselidiki. Tetapi, kebakaran dapat terjadi pembakaran lahan di sekitar kawasan TNGC, ada yang sengaja membakar, dan pencarian madu dengan cara membakar di kawasan,” ujar Kuswandono.
Untuk itu, pihaknya membuat sekat bakar di daerah rawan kebakaran di Ciremai. Sekat bakar adalah salah satu cara pencegahan meluasnya kebakaran hutan. Metodenya, membuat jalur pemisah khusus untuk menghambat api tak membakar kawasan lebih luas.
Sekat bakar juga menjadi jalur bagi warga untuk memadamkan api. Balai TNGC bahkan mengajak warga setempat membentuk kelompok wisata sekaligus menjaga kawasan tersebut terbebas dari kebakaran.
Balai TNGC mencatat, luas lahan yang terbakar pada 2014 sebanyak 266,034 hektar. Setahun kemudian, luasnya meningkat jadi 666,9 hektar. Padahal, Ciremai juga menjadi sumber mata air bagi warga di Kuningan, bahkan Cirebon.
Setelah tak ada kebakaran sepanjang 2016, api muncul lagi setahun kemudian. Namun, sekat bakar yang dibuat warga mampu mengurangi luas lahan yang dilahap api. Saat itu, luas lahan terbakar hanya 107 hektar.