Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertekad membenahi Sungai Citarum. Semua pihak diajak untuk terlibat dalam penanganan sungai yang mengalami pencemaran berat itu. Salah satunya melibatkan para seniman.
BANDUNG, KOMPAS Perbaikan Sungai Citarum di Jawa Barat bakal dibahas setiap pekan dengan melibatkan semua kepala daerah yang wilayahnya dilintasi sungai ini. Koordinasi lebih ketat diperlukan guna segera memulihkan Sungai Citarum yang hingga kini kondisinya masih saja buruk akibat pencemaran dan sedimentasi.
”Pemulihan Citarum jangan sekadar seremoni. Saya akan sediakan tempat khusus untuk rapat koordinasi antardaerah bahas Citarum tiap pekan. Koordinasi jadi elemen kunci pemulihan Citarum yang tidak boleh berhenti,” tutur Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di bantaran Citarum, Jembatan Biru, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Rabu (26/9/2018). Ridwan didampingi Pangdam III Siliwangi Mayor Jenderal Besar Harto Karyawan dan Kapolda Jabar Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto.
Citarum adalah sungai terpanjang di Jabar. Alirannya melintasi 13 kota/kabupaten di Jabar, sejauh 297 kilometer. Namun, hingga kini, Citarum masih tercemar limbah pabrik, sampah rumah tangga, dan sedimentasi dari hulu ke hilir.
Ridwan mengatakan, untuk setahun ke depan, koordinasi bakal lebih banyak menyoroti permasalahan penanganan limbah pabrik, sampah rumah tangga, dan sedimentasi. Ditargetkan ada perubahan signifikan mengenai tata kelola sampah dan limbah itu yang selama ini banyak dibuang ke Citarum.
Penanganan hal itu bakal menjadi pintu masuk membenahi Citarum. Beberapa langkah yang telah disusun, seperti menata bantaran sungai menjadi tempat edukasi sekaligus wisata warga, diyakini berhasil apabila kualitas lingkungan Citarum lebih baik. Pihaknya bakal berkolaborasi dengan seniman dan budayawan untuk mewujudkan rencana itu.
Dia mencontohkan pembuatan mural dan seni instalasi sepanjang lebih kurang 100 meter yang dibuat seniman dan warga sekitar. Kemarin, Ridwan juga ikut membuat mural itu.
Citarum harum
Besar Harto Karyawan menuturkan, Citarum Harum, program pembenahan lingkungan paling anyar di Citarum, belum berhenti. Penanganan sampah masih dilakukan TNI bersama warga. Dari rencana pembenahan di 22 sektor, penanganan sampah dan limbah sudah dilakukan intensif di 13 sektor.
Sekitar 1.700 personel TNI terus mewujudkan kesuksesan program itu.
Pengerukan sedimentasi Citarum juga terus dilakukan di Bojongsoang sepanjang 1,5 km. Kawasan ini langganan banjir tahunan karena berada di pertemuan Sungai Citarum dan Sungai Cikapundung.
Sedimentasi telah menyempitkan badan sungai di banyak titik. Sungai yang semula lebarnya 40 meter hanya tersisa 10 meter.
Sejak akhir Agustus 2018, lebih dari 30.000 meter kubik lumpur dan tanah diangkut. Masih ada sekitar 230.000 meter kubik yang perlu segera diangkut.
Sementara itu, Agung Budi Maryoto menegaskan, pihaknya sudah menangani 107 kasus hukum terkait pencemaran limbah di Citarum. Pelakunya adalah perusahaan tekstil yang membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa melewati proses ideal di instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Hingga kini, ada 1.900 pabrik di DAS Citarum. Hampir 90 persen pabrik itu tak punya IPAL yang memenuhi standar.
Akibatnya, sekitar 340.000 ton limbah berbahaya masih rentan dibuang ke Citarum setiap hari.
”Sampai saat ini ada 107 kasus yang ditangani, sebanyak 55 kasus ditangani Polda Jabar dan 52 kasus lainnya ditangani polres. Ada 8 kasus di antaranya sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Sekarang, jangan coba-coba membuang langsung limbahnya ke sungai,” tutur Agung.
Seniman Tisna Sanjaya, penggagas mural dan seni instalasi di bantaran Citarum meyakini karya seni bertema lingkungan hidup mampu meningkatkan kepedulian semua pihak merawat Citarum. Keberadaan karya seni yang dikerjakan bersama bakal membuat warga lebih menghargai dan memiliki sungai ini. ”Karya seni menjadi pengingat. Seni instalasi toples plastik berisi air Citarum saat ini, misalnya.
Satu atau dua tahun ke depan bisa bandingkan kualitas airnya,” ujarnya. (SEM)