BARITO KUALA, KOMPAS Kebakaran lahan di Kalimantan Selatan semakin kerap terjadi di puncak musim kemarau ini. Rabu (26/9/2018), kebakaran lahan terjadi di Handil Bakti, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala. Kebakaran sudah mendekati permukiman warga.
Berdasarkan pantauan, jarak antara titik api dan perumahan warga tinggal sekitar 100 meter. Api berkobar cepat membakar semak belukar di lahan rawa akibat embusan angin pada cuaca panas. Sukarelawan pemadam kebakaran dari Kota Banjarmasin dan Barito Kuala berdatangan memadamkan api.
”Titik api terpantau sekitar pukul 13.00 Wita. Kami langsung datang ke sini (Handil Bakti) untuk memadamkan api agar tidak menjalar ke perumahan warga,” kata Rahim, Komandan Lapangan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) Halmahera, Sungai Andai, Kota Banjarmasin, di lokasi.
Tidak ada yang tahu penyebab rawa kosong itu terbakar. Bagian bawah semak belukar tersebut kering meski sebagian atasnya masih hijau. Kanal di dekat lahan yang terbakar juga kering.
”Di puncak kemarau seperti sekarang, lahan memang lebih mudah terbakar. Pemicunya bisa karena faktor alam, bisa karena faktor manusia,” tuturnya.
Rahim dan rekan-rekan dari BPK Halmahera kewalahan mengatasi kebakaran sehingga meminta bantuan dari BPK lain.
Upaya pemadaman yang dilakukan sukarelawan terbantu hujan meski tidak lebat. Api bisa dikuasai sekitar pukul 16.30 Wita.
Pantauan satelit Terra, Aqua, dan Suomi NPP, Rabu, ada 83 titik panas di Kalimantan Selatan. Titik panas itu tersebar di Barito Kuala (3), Banjarbaru (4), Banjar (31), Tapin (20), Tanah Bumbu (2), Tanah Laut (1), Hulu Sungai Selatan (6), Hulu Sungai Tengah (2), Hulu Sungai Utara (11), dan Balangan (3).
Saat ini, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Wahyudin, tingkat kemudahan terjadinya kebakaran lahan di Kalsel secara umum dalam kategori sangat mudah terbakar. Upaya pemadaman lewat darat dan udara terus dilakukan.
Lahan tidur terbakar
Di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, lahan tidur sekitar 5 hektar di Kelurahan Kameloh Baru terbakar sejak Selasa (25/9).
Aban, anggota Manggala Agni Daerah Operasional I Palangkaraya, mengatakan, daerah tersebut terbakar selama seminggu. Aban dan puluhan anggota Manggala Agni berhasil mengendalikan api empat hari lalu, tetapi Rabu kembali terbakar.
Dari pantauan, asap tebal abu-abu pekat membubung di udara. Jarak dari pusat kota ke Kameloh Baru 33 kilometer. Untuk masuk ke lokasi kebakaran, harus jalan kaki lebih kurang 5 kilometer.
Helikopter water bombing hilir mudik dari Palangkaraya ke Kabupaten Pulang Pisau.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya, 281 titik panas tersebar di 14 kabupaten/kota sejak Selasa pukul 07.00 WIB sampai Rabu pukul 07.00. Sebanyak 87 titik api memiliki tingkat kepercayaan 81-100 persen.
Prakirawan BMKG Palangkaraya, Reianata, menjelaskan, banyaknya titik api karena saat ini seluruh Kalteng berada pada puncak musim kemarau.
”Ada hujan dengan intensitas rendah, seperti kemarin (Selasa) hujan hanya ada di Muara Teweh dengan intensitas 0,2 milimeter saja,” ujarnya.
Wali Kota Palangkaraya Fairid Napirin, yang baru dilantik, mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan semua instansi terkait dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.
”Kami berkoordinasi juga dengan pemerintah provinsi agar penanganannya lebih baik,” kata Napirin. (JUM/IDO)