Kebakaran Lahan Makin Tak Terkendali
Suhu panas dan angin kencang jadi pemicu utama meluasnya kebakaran lahan. Upaya pemadaman lewat darat dan udara pun jadi tidak efektif.
MARTAPURA, KOMPAS Kebakaran lahan di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah semakin parah dan marak. Para petugas darat yang dikerahkan memadamkan api pun kewalahan. Bahkan, operasi pemadaman lewat udara menggunakan lima helikopter pengebom air juga belum begitu signifikan hasilnya.
Pantauan satelit Terra, Aqua, dan Suomi NPP pada Kamis (27/9/2018), ada 143 titik panas di Kalimantan Selatan. Jumlahnya bertambah 60 titik dari sehari sebelumnya. Titik panas itu terpantau di Hulu Sungai Selatan 38 titik, Banjar (31), Hulu Sungai Utara (19), Kotabaru (18), Barito Kuala (15), Tapin (12), Tanah Laut (5), Tabalong (3), Hulu Sungai Tengah (1), dan Balangan (1).
”Kebakaran lahan makin menjadi-jadi dalam seminggu terakhir ini. Setiap hari, kami harus memadamkan titik api. Kami juga kewalahan karena kebakaran makin meluas.
Apalagi, sebagian titik api sulit dijangkau,” kata Muhammad Hasbi, Supervisor Regu 3 Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar saat memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Kamis.
Untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Pematang Panjang, Hasbi dan rekan-rekannya menggunakan sebuah mobil pikap yang membawa tandon air berkapasitas 1.200 liter. Di lokasi kebakaran tidak ada air. Mereka juga harus menyambung empat selang dengan total panjang 100 meter. Satu tandon air hanya bisa digunakan untuk memadamkan api selama 15 menit sehingga mobil harus bolak-balik mengisi air.
Embusan angin di bawah cuaca panas terik dengan suhu 35 derajat celsius membuat api cepat membesar dan sulit dipadamkan. Saat yang sama, helikopter pengebom air masih memadamkan api di lokasi lain. Sebuah helikopter tampak bolak-balik memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Penggalaman, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar.
”Kalau sudah begini, titik api sangat sulit dipadamkan. Kami hanya bisa menjaga agar kebakaran lahan tidak merambat ke rumah warga,” kata Hasbi.
Kepala BPBD Provinsi Kalsel Wahyudin mengatakan, tidak hanya satgas darat yang kewalahan, satgas udara juga tidak mampu memadamkan semua titik api yang terpantau di wilayah Kalsel. Lima helikopter yang beroperasi saat ini diprioritaskan untuk memadamkan kebakaran lahan di sekitar Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarbaru.
Kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalteng, juga semakin sulit dikendalikan. Di wilayah Kalampangan dan Bereng Bengkel, Kota Palangkaraya, lahan seluas 100 hektar terbakar. Itu adalah lahan tidur dengan luas mencapai 100 hektar yang terbakar sejak Kamis pagi.
Komandan Regu IV Tim Manggala Agni Daerah Operasional I Palangkaraya Budi mengatakan, api cepat meluas dan sulit dikendalikan. ”Kami hanya bisa mencegah api melebar ke dekat permukiman dan meluas ke lahan lainnya,” kata Budi.
BMKG Palangkaraya mencatat terdapat 34 titik panas yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota. Dari 34 titik panas itu sebanyak 27 titik merupakan titik api dengan tingkat kepercayaan 71-100 persen.
Kebakaran lahan terjadi di beberapa kecamatan di Sumatera Selatan. Titik panas juga terpantau meningkat diduga karena kegiatan petani yang membersihkan jerami bekas panenan dengan cara dibakar.
BPBD Sumatera Selatan mencatat ada 24 titik panas yang terpantau pada Kamis. Jumlah itu meningkat dibandingkan hari sebelumnya, yakni sebesar 13 titik panas. Titik panas tersebar di Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin.
Kepala Subdirektorat Kedaruratan BPBD Kabupaten Banyuasin Risnandar mengatakan, ada dua titik kebakaran, yakni di Desa Seri Menanti, Kecamatan Tanjung Lago, dan Desa Meranti, Kecamatan Suak Tapeh. Kebakaran melahap kawasan pertanian dan perkebunan.
Lokasi kebakaran yang jauh membuat tim darat kesulitan ke lokasi karena harus melewati sungai dengan menggunakan perahu ketek. Peralatan tim darat juga terbatas. Oleh karena itu, helikopter dikerahkan untuk memadamkan api dari udara.
Menurut Risnandar, beberapa hari terakhir kebakaran lahan di Kabupaten Banyuasin meningkat lantaran petani tengah memasuki panen yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan lahan. Petani membakar jerami bekas panen karena tidak ada alat yang memadai untuk memusnahkan jerami. ”Hanya saja proses pembakaran harus diawasi dengan ketat agar api tidak meluas. Apabila meluas, kami harus melakukan tindakan pemadaman,” katanya. (JUM/RAM/IDO)