IDI, KOMPAS - Kematian satwa lindung gajah Sumatera di Provinsi Aceh terus berulang. Setelah Amirah, anak gajah usia 15 bulan yang mati karena komplikasi, pada Sabtu (29/9/2018), satu ekor gajah betina dewasa usia 40 tahun mati di hutan, di Desa Jamur Dua Kecamatan Bireum Bayeun, Kabupaten Aceh Timur.
Gajah betina itu mati setelah sempat dirawat intensif selama 12 hari. Saat ditemukan oleh tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Forum Konservasi Leuser Wilayah Langsa, pada Minggu (16/9/2018), kondisinya kritis. Gajah itu terkena jerat pada kaki kirinya. Sampai sekarang belum diketahui pemasang jerat itu.
Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji Prabowo mengatakan tim dokter BKSDA Aceh, Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic), Wildlife Conservation Society (WCS), dan FKL telah berjuang mengobati gajah tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan, namun nyawa gajah itu tidak tertolong. “Selain luka infeksi akibat jeratan, juga ada masalah dengan ginjal dan hati,” kata dia.
Sapto mengatakan, gajah itu cukup lama terbaring. Dia tidak bisa berdiri lantaran kakinya terluka parah. Untuk membantu gajah itu berdiri, digunakan alat berat. Namun, usaha itu gagal. Kondisi kesehatan semakin menurun setelah terendam air hujan. “Tadi sore gajah itu akhirnya mati, kami sangat berduka,” ujar Sapto.
Jasad gajah itu akan dineokropsi, organ dalam diperiksa di laboratorium untuk mengetahui penyebab kematian lebih akurat. Bangkai direncanakan akan dikubur di lokasi penemuan.
Manager FKL Wilayah Langsa Hidayat Lubis, dihubungi dari Banda Aceh menceritakan kronologis penemuan gajah malang itu. Saat itu, tim melakukan patroli di kawasan hutan di Aceh Timur. Gajah malang itu ditemukan terbaring lemas dengan kaki nyaris putus. Lokasi penemuan pada area penggunaan lain yang berbatasan langsung dengan perkebunan sawit perusahaan.
Gajah itu menyadari ada orang yang datang. Saat didekati, gajah itu hanya diam. Namun, tiba-tiba gajah itu mengangkat kakinya yang luka, dia ingin menunjukkan kepada tim patroli.
“Dia seperti minta tolong. Saya heran kok bisa gajah liar kasih tunjuk kakinya yang luka,” kata Hidayat.
Saat ditemukan, lanjut Hidayat, gajah itu sudah beberapa hari terkena jerat. Kawanan gajah liar lain tidak ditemukan di lokasi. Dia ditinggalkan sendiri di sana dalam keadaan sekarat. Dalam keadaan terbaring, gajah itu dirawat oleh tim medis. Dengan berat tubuhnya mencapai tiga ton, tanah tempat dia berbaring menjadi genangan.
“Tim bekerja keras menyelamatkan gajah ini, tapi hasilnya seperti ini. Tidak seperti yang diharapkan,” kata Hidayat. Namun, ini adalah jalan lain untuk mengakhiri penderitaan gajah malang itu.
Kasus ini memperpanjang daftar kematian gajah di Aceh. Dalam enam tahun terakhir, sebanyak 56 ekor gajah sumatera mati di Aceh.