PALANGKARAYA, KOMPAS - Api kembali membakar lahan seluas 3 hektar di sekitar Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Sabtu (29/9/2018) malam. Hingga Minggu (30/9) sore, masih tercatat ada 396 titik panas di Kalimantan Tengah.
Komandan Regu III Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng Hasanudin, di Palangkaraya, Minggu, menjelaskan, kebakaran diduga dipicu api yang menjalar di bawah tanah sebagai imbas kebakaran yang terjadi dua minggu lalu. Bahkan, potensi kebakaran masih tetap tinggi meski hujan sudah mulai turun sejak dua hari lalu.
”Api sempat merambat ke belakang gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Palangka Raya. Hujan membantu memadamkan api, tapi masih menyisakan asap,” kata Hasanudin.
Kebakaran di sekitar Universitas Palangka Raya adalah yang kedua selama September 2018. Sebelumnya, Minggu (16/9), hutan seluas 5 hektar juga terbakar di kawasan tersebut. Kala itu, api juga sulit dipadamkan sepenuhnya karena sudah telanjur menjalar di bawah tanah gambut.
Hasanudin mengatakan, ada 20 personel gabungan dari BPBPK, Korem 102 Panju-Panjung, Tagana Palangkaraya, Emergency Response Palangkaraya, dan Manggala Agni Kota Palangkaraya yang diturunkan memadamkan kebakaran itu.
Akan tetapi, karena jarak antara area kebakaran dan sumber air cukup jauh, petugas mengalami sedikit kendala. Mereka harus mengambil air dari tangki mobil pemadam kebakaran untuk kemudian ditampung di bak darurat beralas terpal.
Setelah ditampung, air baru disalurkan dengan menggunakan selang sejauh 300 meter menuju titik kebakaran.
”Tidak ada sumur bor. Letak kanal atau got juga jauh. Jadi, cara itu harus kami lakukan agar api tidak merembet lebih jauh,” ucap Hasanudin.
Di tengah segala keterbatasan, Hasanudin memastikan pihaknya tetap bekerja sesuai dengan standar keamanan yang ideal. Berjibaku memadamkan api selama pukul 13.00 hingga pukul 17.00, dia mengatakan, para petugas baru meninggalkan lokasi kebakaran saat kawasan tersebut sudah digenangi air.
Tujuannya agar potensi api yang membara di dalam tanah gambut bisa lekas dipadamkan dan tidak memicu kebakaran di tempat lain.
”Kami buat lahannya sampai becek dan berlumpur. Kalau belum, kami tidak pulang kecuali api sudah telanjur sangat besar dan membahayakan,” ujarnya.
Masuk permukiman
Hingga Minggu sore, titik panas masih tersebar di sejumlah daerah di Kalteng. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya mencatat ada 396 titik panas. Sebanyak 172 di antaranya bahkan terdeteksi sebagai titik api. Dua kabupaten dengan titik panas terbanyak adalah Kapuas dengan 54 titik dan Pulang Pisau (90 titik).
Prakirawan BMKG Palangkaraya, Arif Rahman, menjelaskan, keberadaan titik api tersebut membuat banyak kawasan di Palangkaraya masih diselimuti kabut asap tipis. Kabut asap bahkan memasuki kawasan permukiman masyarakat dipicu embusan angin dengan kecepatan 5-10 knot.
”Akibat embusan angin yang cukup kencang, kabut asap dapat mencapai lokasi yang jauh dari sumber asap atau titik panas,” kata Arif.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Arif mengatakan, BMKG mengimbau masyarakat Kalteng menggunakan masker setiap pergi ke luar rumah. Tujuannya agar masyarakat bisa menghindari infeksi saluran pernapasan akut akibat paparan kabut asap. (IDO)