JAYAPURA, KOMPAS — Papua rawan terkena penyebaran penyakit polio dari negara tetangga, Papua Niugini. Hal itu disebabkan minimnya cakupan kegiatan imunisasi khususnya campak, rubela, dan polio di Kabupaten Pegunungan Bintang yang berbatasan langsung dengan negara itu.
Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aaron Rumainum, di Jayapura, Senin (1/10/2018), memaparkan, Pegunungan Bintang termasuk dalam 12 kabupaten yang masih berada di bawah 50 persen cakupan imunisasi campak, rubela, dan polio. Tiga daerah di antaranya bahkan belum mencapai 10 persen, yakni Nduga, Yahukimo, dan Puncak Jaya.
Jumlah anak wajib menerima imunisasi yang berusia 9 bulan hingga 15 tahun di Pegunungan Bintang sebanyak 22.572 anak. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Papua Niugini.
Diketahui informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Papua Niugini telah menetapkan kejadian luar biasa polio. Hingga akhir September terdapat sembilan kasus polio di Papua Niugini.
”Hingga awal Oktober terdapat 18 puskesmas di Pegunungan Bintang belum melaksanakan imunisasi campak, rubela, dan polio. Kondisi ini sungguh mengkhawatirkan karena rawan penyebaran masuknya polio ke Pegunungan Bintang, kemudian menyebar ke kabupaten lainnya,” kata Aaron.
Ia menuturkan, keterlambatan kegiatan imunisasi di Pegunungan Bintang karena tidak tersedianya sarana transportasi udara untuk menjangkau seluruh puskesmas. Padahal, kegiatan imunisasi sangat penting bagi puluhan ribu anak-anak di sana.
”Sebenarnya penyebab utama cakupan imunisasi campak, rubela, dan polio rendah bukan rendahnya anggaran. Namun, minimnya komitmen kepala daerah menyediakan anggaran untuk pelaksanaan imunisasi,” kata Aaron.
Ia menambahkan, hanya lima kabupaten di Papua yang cakupan imunisasinya sudah melebihi target nasional 95 persen, yakni Kabupaten Jayapura, Keerom, Paniai, Mappi, dan Biak Numfor.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang Jeremias Tapyor ketika dikonfirmasi mengakui pihaknya terkendala biaya untuk menyediakan pesawat bagi tenaga medis dalam kegiatan imunisasi.
”Kegiatan imunisasi di enam distrik belum terlaksana hingga kini. Sesuai agenda nasional, seharusnya imunisasi bagi anak di bangku sekolah tuntas pada akhir Agustus. Sayangnya, kami belum menyelesaikannya karena tak memiliki biaya transportasi udara,” ungkapnya.