PALANGKARAYA, KOMPAS — Kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menipis. Namun, jumlah titik panas terus meningkat setiap hari.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya, jumlah titik panas sejak Senin (1/10/2018) pagi sampai Selasa pukul 07.00 mencapai 155 titik. Padahal, 24 jam sebelumnya jumlah titik panas masih 105 titik.
Kabupaten Pulang Pisau menjadi kabupaten dengan titik panas terbanyak, yakni 97 titik, diikuti Kabupaten Kotawaringin Timur 26 titik dan Kapuas dengan 16 titik. Sisanya berada di 12 kabupaten/kota lain di Kalteng.
”Jarak pandang sudah lebih baik dari kemarin pagi. Saat ini jarak pandang terpantau 7 kilometer,” kata prakirawan BMKG Palangkaraya, Arif Rahman.
Kemarin pagi, dari pukul 07.00 sampai pukul 10.00, jarak pandang hanya 800 meter karena kabut asap yang kian pekat. Selain itu, partikulat (PM10) pada udara meningkat hingga angka 167 mikrogram per meter kubik atau masuk dalam kategori udara tidak sehat.
Nilai ambang batas PM10 adalah 150 mikrogram per meter kubik. Pada Selasa pagi, PM10 berada di kategori sedang, yakni di angka 62,165 mikrogram per meter kubik.
”Masih ada kabut tipis. Namun, udara masih baik atau di kategori sedang,” ucap Arif.
Bom air
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Darliansjah menjelaskan, kabut asap diduga merupakan kiriman dari Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau. Di dua daerah itu kebakaran sudah terjadi sejak dua sampai tiga minggu belakangan.
”Di Palangkaraya ada dua titik yang masih dilakukan pemadaman, yakni wilayah Kalampangan dan kompleks Universitas Palangka Raya,” ucap Darliansjah.
Darliansjah menjelaskan, pihaknya saat ini terus melakukan pemadaman serta patroli kebakaran hutan dan lahan untuk mencegah kebakaran. Selain dari darat, pemadaman juga dilakukan melalui udara dengan menggunakan bom air.
”Kami lakukan upaya maksimal agar kebakaran hutan dan lahan bisa dikendalikan dan tidak semakin buruk,” ujar Darliansjah.