PURWOKERTO, KOMPAS – Kirab batik yang digelar di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, berlangsung semarak. Sebanyak 114 kelompok dari dinas, perwakilan kecamatan, serta siswa SMA dan SMP di Banyumas ikut memeriahkan kirab batik.
“Kirab batik ini sebagai upaya untuk memasyarakatkan batik banyumasan,” kata Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Iswandari, Selasa (2/10/2018).
Di Kabupaten Banyumas terdapat 65 industri rumah tangga pembuatan batik yang menyerap tenaga kerja hingga 600 orang. Motif batik banyumasan yang khas antara lain motif lumbon, babon angkrem, jahe, kembang kanthil, dan kawung kolang-kaling.
Guru Kesenian SMP N 5 Purwokerto Cipto Pratomo mengajak sebanyak 34 siswa-siswi mengikuti kirab batik dengan kreasi topi batik dari kain perca batik.
“Tema yang diangkat adalah limbah batik. Limbahnya pun masih dapat diolah menjadi topi cantik. Anak muda sekarang bangga memakai batik dan tidak canggung memakai batik,” tutur Cipto.
Kirab diawali dengan tarian berjudul Baja Nagari yang dibawakan oleh puluhan penari. Mereka menari sigap, semangat, dan cekatan. Warna-warni kostum kreasi batik ditampilkan pula dalam tarian tersebut.
Bupati Banyumas Achmad Husein menyampaikan, hari batik nasional ke-9 ini menjadi momentum untuk melestarikan batik serta meningkatkan kebanggaan masyarakat untuk memakai batik.
“Batik adalah ekspresi budaya yang memiliki makna simbolis dan nilai estetika yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keunikan yang indah ini membentuk karakter bangsa yang membedakan dengan bangsa lain sehingga dapat menjadi jati diri bangsa,” paparnya.
Husein mengajak semua warga melestarikan batik sebagai warisan budaya yang berkelanjutan. “Sebagai hasil olah rasa, olah karya, olah karsa, dan olah cipta para leluhur, batik Indonesia termasuk di dalamnya batik banyumasan memiliki motif warna dan corak khas yang menggambarkan karakter wong banyumas yang egaliter, yang semedulur, cablaka, blakasuta, jujur, apa adanya,” kata Husein.
Menurut Husein, batik banyumasan juga menunjukkan karakter yang menghargai nilai-nilai kebebasan, demokrasi, dan semangat kerakyatan.
“Sebagai warisan budaya yang adiluhung, batik harus terus digali, dilestarikan dan dikembangkan ke arah yang multiproduktif, inovatif, dan dinamis baik corak maupun motifnya. Tentu dengan tetap mempertahankan karakter dasarnya agar batik banyumasan dapat bertahan, berkembang, bahkan dapat bersaing dengan daerah lainnya,” tuturnya.