SURABAYA, KOMPAS — Rombongan relawan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga dijadwalkan akan berangkat membantu warga korban bencana di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Namun, karena terkendala jadwal ujian tengah semester, pemberangkatan belum bisa dilakukan serentak saat ini, tetapi berangsur-angsur.
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih mengatakan, di Surabaya, Selasa (2/10/2018), sebelum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berangkat, Unair sudah mengirim relawan dokter, perawat, dan psikolog dari Lembaga Pengabdian Masyarakat Unair pada hari kedua setelah bencana di Palu dan Donggala.
Nasih menambahkan, selain relawan, rumah sakit terapung Ksatria Airlangga dalam perjalanan dari Maluku Barat Daya sejak Sabtu, 29 September, ke Donggala, yang membutuhkan waktu empat hari. Relawan rumah sakit terapung berangkat lebih dulu dengan pesawat untuk mengejar waktu karena perjalanan kapal butuh waktu lama antara perairan Maluku dan Donggala.
”Selanjutnya, kami akan memberangkatkan BEM bersama tim Mahagana (Mahasiswa Tanggap Bencana), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Pramuka, dan UKM KSR (Korps Suka Rela) yang di bawah bimbingan PMI (Palang Merah Indonesia),” katanya.
Ketua BEM Unair Galuh Teja Sakti menyebutkan, tim BEM sedang membuat persiapan untuk mengantisipasi kondisi lapangan yang rumah-rumah di kota terdampak benar-benar hancur sehingga kebutuhan dasar akan benar-benar tidak ada.
”Jangan sampai relawan nanti malah butuh pertolongan karena relawan ternyata tidak mengantisipasi keadaan. Kami sedang membawa persiapan relawan,” lanjutnya.
Sementara membuat persiapan, relawan BEM dan rombongan juga bersiap mencari dukungan dana dari donatur dan sponsor. Teja menuturkan, berbeda dari pengalaman bencana terdahulu, termasuk Lombok yang belum selesai, nantinya tim yang berangkat ke Palu dan Donggala akan dibagi dalam berbagai tugas. Tugas-tugas itu antara lain pemulihan trauma, dapur umum, pertolongan pertama, dan berbagai kegiatan untuk pemulihan lokasi bencana.