PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 38 penyandang disabilitas yang tergabung dalam Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia Kabupaten Banyumas menerima pelatihan budidaya sayur-mayur dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Pembekalan itu diharapkan dapat semakin memberdayakan penyandang disabilitas untuk lebih mandiri dan memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk bercocok tanam.
”Pertanian itu tidak harus di sawah sehingga kami pilihkan kegiatan usaha bidang pertanian yang simpel. Orientasinya bisa dilakukan teman-teman tunadaksa tanpa harus ada mobilitas tinggi dan bisa dilakukan di pekarangan-pekarangan rumah,” kata Sekretaris Experimental Farm (Exfarm) Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dyah Susanti, Jumat (5/10/2018).
Dyah mengatakan, materi pembekalan meliputi pengenalan media tanam; teknik penanaman, mulai dari pembibitan hingga saat pemetikan atau panen; pemeliharaan, mulai dari pengenalan pupuk, pembuatan pupuk organik, pengenalan hama dan penyakit, hingga cara mengatasinya.
”Semua nanti yang dipraktikkan bisa dibawa pulang, baik itu bibit yang ditanam maupun tanaman yang sudah ditanam untuk dipelihara di rumah. Ada selada merah, cabai, dan terong,” katanya.
Dekan Fakultas Pertanian Unsoed Anisur Rosyad mengatakan, dengan ketelatenan dan ketekunan, bertani bisa dilakukan di pekarangan rumah dan dilakukan siapa saja, termasuk para penyandang disabilitas.
”Yang penting sentuhan hati. Tanaman itu juga perlu disentuh dengan hati. Kalau Bapak-Ibu cuek dengan tanaman, mereka akan mati. Kalau tanaman diajak omong, dielus-elus, tentu dia akan seperti kita akan tumbuh,” kata Anisur.
Para penyandang disabilitas, baik yang tunadaksa, tunanetra, tunarungu, maupun tunawicara, antusias mengikuti paparan tim dari Exfarm Unsoed. Mereka aktif bertanya dan praktik, mulai dari mencampur tanah dengan pupuk kandang; memasukkan tanah ke dalam polybag; menanam bibit cabai, selada merah, dan terong; hingga memetik bayam merah di lahan Exfarm Unsoed.
”Ini sangat bermanfaat bagi kaum disabilitas. Ini diberi tahu bagaimana caranya dan diaplikasikan saja,” kata Mukti Wibowo (37), salah satu penyandang disabilitas yang kakinya tidak berkembang dengan sempurna karena terjatuh pada usia 3 tahun.
Hal serupa juga disampaikan Ruswanto (53) yang mengalami polio sejak usia 5 tahun sehingga saat ini harus berjalan dibantu dengan alat bantu jalan berupa kruk. ”Ini buat kegiatan di pekarangan rumah,” kata Ruswanto yang sehari-hari bekerja membuat dan menjual keset.
Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Banyumas Apri Hartanto mengatakan, pelatihan ini berguna bagi para penyandang disabilitas karena dapat memberikan lapangan pekerjaan. Selama ini para penyandang disabilitas kesulitan mendapatkan pekerjaan di sektor formal karena minimnya pendidikan mereka. ”Rata-rata pendidikan teman-teman disabilitas adalah SMP,” kata Apri.
Kepala Bidang Perlindungan, Rehabilitasi, dan Jaminan Sosial Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Banyumas Agus Sriyono menyampaikan, di Banyumas ada sekitar 2.500 penyandang disabilitas.
Pemerintah daerah memiliki program pelatihan berupa menjahit atau pembuatan keset untuk membekali para penyandang disabilitas. Untuk pelatihan lanjutan bidang pertanian itu, pihaknya akan memprogramkannya. ”Pelatihan yang diberikan kepada penyandang disabilitas diharapkan dapat membuat mereka mandiri. Jangan sampai mereka diam saja dan jangan sampai mereka minta-minta di jalan,” kata Agus.