BANDUNG, KOMPAS Revitalisasi Bandung Zoo atau Kebun Binatang Bandung, Jawa Barat, menunjukkan kemajuan dalam dua tahun terakhir. Hal itu ditandai lewat upaya perbaikan kandang, penataan pengunjung, hingga kelahiran sejumlah satwa.
Sebelumnya, kebun binatang yang pertama kali berdiri tahun 1930 itu mendapat sorotan tajam akibat pengelolaannya yang amburadul. Kematian gajah sumatera bernama Yani pada 11 Mei 2016 menjadi puncaknya.
Hasil nekropsi (bedah bangkai) menunjukkan ada perubahan pada organ gajah, seperti radang paru, bintil pada limpa, dan radang hati. Semuanya terjadi akibat perawatan yang buruk.
Ironisnya, saat itu, satu-satunya kebun binatang di Bandung ini tidak memiliki dokter hewan permanen untuk merawat satwa yang sakit. Selain itu, sejumlah kandang satwa di kebun binatang juga rusak dan tidak terurus.
Marketing Communication Bandung Zoo Sulhan Syafi’i, Kamis (4/10/2018), mengatakan, perbaikan fasilitas kebun binatang terus dilakukan pengelola. Ia mencontohkan perbaikan besar-besaran yang dilakukan tahun 2017 dan terus berlangsung hingga kini. Total anggarannya mencapai Rp 5 miliar. Saat ini, ada sekitar 800 ekor satwa tinggal di kawasan seluas 14 hektar.
”Seperti kandang singa dan harimau yang sebelumnya menggunakan fiber kini diganti kawat khusus agar sirkulasi udara lebih baik. Fasilitas dalam kandang dibuat lebih ideal. Kolam buaya juga diperdalam. Kandang beruang dan macam tutul juga dirombak dan diperbaiki,” ujar Sulhan.
Koordinator Profauna Jabar, Nadya Andriani, mengatakan, pengelolaan Bandung Zoo kini jauh lebih baik. Namun, tugas besar seiring bertambahnya koleksi satwa harus dipikirkan.
Tidak hanya menambah jumlah satwa yang ada, tapi juga memikirkan luas lahan yang ideal mendukung pergerakan satwa.
”Masalah ketersediaan pakan hingga perawatan juga harus diperhatikan. Semuanya menyangkut kesejahteraan satwa,” katanya.
Peduli Donggala
Seekor anak harimau benggala betina lahir dengan selamat pada 22 Agustus. Dinamakan Donggalah, harimau ini lahir dari pasangan jantan Shahruk Khan dan betina Syila.
Saat ini, berat badan Donggalah terus meningkat. Dari 900 kilogram saat dilahirkan, berat Donggalah mencapai 3,1 kilogram. Kelahiran Donggalah menambah jumlah harimau benggala di Bandung Zoo menjadi lima ekor.
”Kelahiran Donggalah menjadi salah satu indikator kondisi kandang semakin baik mengacu pada kesejahteraan satwa sehingga harimau benggala ini dapat bereproduksi dengan baik,” kata Sulhan.
Kepala Kesehatan dan Penelitian Bandung Zoo Dedi Tri Sasongko menjelaskan, kondisi Donggalah sehat dan bagus pertumbuhannya.
”Setelah lahir Donggalah diberi susu khusus karnivor dari Australia 35 mililiter tiap tiga jam dan saat ini konsumsi susunya meningkat antara 100-130 mililiter setiap kali menyusu,” kata Dedi.
Kelahiran Donggalah juga mengundang perhatian Wali Kota Bandung Oded M Danial. Nama Donggalah adalah pilihannya berkaca pada keprihatinan atas kejadian gempa dan tsunami di Donggala, Sulawesi Tengah. Selanjutnya, Oded bakal menjadi bapak asuh bagi Donggalah.
Pendiri Cee4life, lembaga swadaya masyarakat di bidang konservasi, Syblelle Foxcroft, juga memberikan kado bagi Donggalah berupa satu mikroskop untuk laboratorium Bandung Zoo. (SEM)