AMBON, KOMPAS — Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, memboyong sejumlah investor ke Maluku untuk bertemu dengan Gubernur Maluku Said Assagaff. Para investor ingin menanamkan investasi di Maluku, mulai dari pengolahan limbah, pengembangan pariwisata, pembangunan galangan kapal, hingga industri perikanan.
Tujuan kedatangan Djauhari dan rombongan dari China itu disampaikan dalam pertemuan dengan Said dan sejumlah pejabat Pemprov Maluku serta akademisi Universitas Pattimura di Kantor Gubernur Maluku, Senin (8/10/2018) di Ambon.
Said mengatakan, potensi perikanan di Maluku yang mencapai sekitar 4 juta ton per tahun atau lebih kurang 30 persen potensi nasional. Namun, kekayaan itu belum banyak dioptimalkan. Sesuai regulasi di Indonesia, investor asing diperkenankan membangun industri perikanan, tetapi dilarang melakukan penangkapan ikan.
Said juga memperkenalkan potensi wisata di Maluku, seperti tur jalur rempah di Kepulauan Banda, Pantai Ora di Pulau Seram, dan pasir putih serta pulau-pulau kecil di Kepulauan Kei. Destinasi wisata itu sudah terkenal di seluruh penjuru dunia. Sejumlah tamu negara yang datang ke Maluku sudah mengunjungi tiga lokasi itu.
Sementara untuk industri galangan kapal, Provinsi Maluku telah menetapkan wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sebagai lokasinya. Perairan Maluku merupakan jalur pelayaran niaga. Dalam satu hari terdapat lebih kurang 2.000 kapal yang melintasi perairan itu.
Adapun untuk pembersihan polutan di sungai tidak banyak disinggung. Padahal, sejumlah sungai di Pulau Buru, Maluku, kini tercemar merkuri akibat pengolahan emas liar yang ditambang dari Gunung Botak. Pencemaran itu mengancam keamanan pangan di Buru.
Djauhari berjanji akan menindaklanjuti pertemuan itu. Ia akan menjembatani kebutuhan investor dan harapan Pemprov Maluku. ”Kami akan komunikasikan ini untuk ditindaklanjuti,” kata Djauhari yang menghabiskan masa kecil hingga remaja di Maluku.