JAYAPURA, KOMPAS - Kepolisian Daerah Papua menetapkan status keamanan Siaga Satu di Deikai, ibu kota Kabupaten Yahukimo, Papua, setelah konflik yang melibatkan salah satu kelompok massa sejak Sabtu (6/10/2018). Akibat insiden itu, dua orang meninggal, sementara seorang polisi dan enam warga lainnya terluka.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura, Senin (8/10), mengatakan, peristiwa itu bermula dari kecelakaan lalu lintas di sekitar Kantor Bupati Yahukimo, sekitar pukul 17.00 WIT.
Sowa Dapla (23), warga Deikai, tewas akibat kejadian itu. Laores Heluka yang diduga pelakunya lantas ditangkap aparat polisi setempat.
Kabar itu menyebar dengan cepat. Setengah jam setelah kejadian itu, kerabat Sowa mendatangi Polres Yahukimo. Mereka meminta polisi menyerahkan Laores. Polisi menolak permintaan itu.
Tak puas dengan hal itu, massa yang marah mendatangi Pasar Lama Deikai dan melukai warga dari Distrik Sela, daerah asal Laores. Yoram Payage, warga Sela, tewas setelah punggungnya ditembus panah. Selain itu, enam orang lainnya juga terluka.
Anggota Polres Yahukimo yang mencoba menenangkan massa pun jadi korban. Mereka diserang dengan batu, panah, hingga kapak. Brigadir Dua Herman Arab Dolen tertusuk panah di pantatnya.
Memanas lagi
Inspektur Dua Daniel juga nyaris jadi korban saat diserang Rangky Sallah, salah seorang dari kelompok keluarga Sowa. Namun, aksi itu dapat digagalkan. Rangky keburu tewas ditembus peluru polisi yang bersarang di dadanya.
”Saat ini, situasi Deikai masih Siaga Satu. Sebanyak 250 personel aparat kepolisian diterjunkan untuk mencegah konflik susulan. Semua korban luka dan meninggal telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Deikai,” kata Ahmad.
Polda Papua juga mengutus dua pejabat utama dari Direktorat Sabhara dan Reserse Kriminal Khusus untuk meredakan konflik itu. ”Kami akan berkoordinasi dengan pemda dan tokoh masyarakat setempat untuk mengimbau warga yang terlibat agar menghentikan aksinya,” katanya.
Bupati Yahukimo Abock Busup mengatakan, situasi di daerahnya sempat memanas lagi pada Senin pagi. Saling serang antarwarga baru terhenti sekitar pukul 11.00 WIT. ”Kerusuhan hari Senin itu menyebabkan sekitar 20 rumah terbakar. Saat ini, kami masih mendata jumlah korban luka dalam pertikaian ini,” kata Abock.
Abock mengatakan, tindakan polisi menembak mati pelaku penyerangan bukan pelanggaran hak asasi manusia. Alasannya, tindakan itu dilakukan sebagai upaya polisi untuk menyelamatkan nyawa. (FLO)