Ajang bagi-bagi kopi pada kegiatan ‘A Cup For Solidarity by Brikopi’ dalam kegiatan International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group (WBG) Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10/2018), bagi para barista menjadi pengalaman cukup mengesankan. Bagi negara, kegiatan ini menjadi ajang promosi kopi.
Hari pertama, tiga orang barista (dibantu dengan 1-2 asisten) bertugas melayani kopi bagi para peserta konferensi. Ketiganya adalah Evelyn Yamin (di stan Bali International Convention Center Hotel Westin), Muhammad Aga (di stan Uluwatu Loby Bali Nusa Dua Convention Center), dan Muhammad Fakhri (di lobi Legian, BNDCC).
Para barista tersebut adalah peracik kopi bersertifikasi dalam dan luar negeri. Muhammad Aga (peringkat 1 Indonesia Barista Championship 2018), Evelyn Yamin (peringkat 2 Indonesia Latte Art Championship 2017), dan Mukhammad Fakhri (peringkat 3 Indonesia Brewer Cup Western Region).
Hal-hal lucu pun dihadapi oleh para barista tersebut. Muhammad Fakhri misalnya, ia adalah barista dengan kepiawaian meracik kopi secara manual menggunakan metode V-60. Ia tentu tidak akan menyajikan kopi berjenis latte. Ia pun tampak kaget saat ada pelanggan datang meminta kopi latte padanya.
“Di sini hanya membuat kopi hitam, karena mesinnya manual,” kata barista peringkat 3 Indonesia Brewer Cup Western Region tersebut. Fakhri pun menjelaskan bahwa hanya menyajikan kopi hitam dengan alat V-60. Penjelasan itu membuat pengunjung paham bahwa alat-alat kopi pun berpengaruh pada minuman kopi yang disuguhkan.
Hal-hal kecil itu menjadi bahan belajar barista dalam menghadapi pelanggan. Untuk barista, ia akan dituntut sabar dalam mengedukasi pengunjung. Serta, bagi pengunjung, mereka akan belajar soal dunia perkopian langsung dari ahlinya (barista).
“Ini seperti saat saya sedang ikut kompetisi. Saat kompetisi, barista dituntut dalam 15 menit bisa menyediakan 12 cup kopi. Pada acara ini, kami dituntut menyediakan kopi dengan cepat serta harus bisa ngobrol dan menjelaskan banyak hal pada pengunjung. Sungguh hal yang menantang,” kata Muhammad Aga.
Kegiatan internasional itu dihadiri sekitar 34.000 orang. Jumlah pesertanya melonjak dibandikan perkiraan awal hanya 15.000 orang. Beberapa orang penting pun dijadwalkan akan singgah untuk meneguk kopi solidaritas itu. Di antara orang berpengaruh itu antara lain Managing Director IMF Christine Lagarde, sejumlah menteri, dan Kepala Badan ekonomi Kreatif Triawan Munaf. Sehingga, ada harapan besar, bahwa potensi kopi Indonesia akan benar-benar dicermati oleh orang-orang penting di seluruh dunia.
“Kegiatan International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group (WBG) Annual Meetings 2018 ini dihadiri banyak orang. Pasti ada dampaknya untuk bangsa ini, terutama Bali. Seperti kita tahu, Bali sempat sepi selama empat bulan saat Gunung Agung meletus. Kini, saatnya Bali terus memulihkan diri dengan menjamu 34.000 orang yang datang hingga hari ini,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang sempat menjalani sesi wawancara sebuah stasiun TV swasta di area lobi Uluwatu BNDCC Senin itu.
Tingginya antusiasme pengunjung membuat panitia dari BRI berpikir untuk menambah jumlah kopi yang akan dibagikan. “Kami berpikir menambah sekitar 1.000-an cup kopi lagi. Tapi pastinya masih akan kami bahas dahulu,” kata Head of Corporate Communication PT BRI (persero) Tbk Alia Karenina.
Alia memperhitungkan untuk mengambil kopi dari Bali. “Mengambil kopi kintamani Bali, selain menghemat ongkos kirim juga mempercepat datangnya kopi,” kata Alia. Selama ini, kopi dibawa langsung oleh barista dari Common Grounds Coffee Roaster, sebuah roastery di mana Evelyn Yamin berada. Evelyn adalah koordinator enam barista yang diajak BRI ke Bali.
Evelyn sendiri mengaku bangga melihat kopi Indonesia dinikmati tamu-tamu penting negeri ini. “Kami senang dan bangga karena kopi dinikmati dan diapresiasi. Rata-rata memang mereka masih menanyakan kopi luwak. Namun, mereka menjadi sangat kagum saat dijelaskan kopi Indonesia sangat beraneka ragam,” kata Evelyn.
Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di kawasan ASEAN (Dalam buku Outlook Kopi Tahun 2016 yang dipublikasikan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian) Sentra produksi kopi perkebunan rakyat di Indonesia, antara lain, di Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. (Cokorda Yudistira/Dahlia Irawati)