SUMENEP, KOMPAS – Bantuan logistik untuk korban gempa di Pulau Sapudi, Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus mengalir. Pada Kamis (11/10/2018) malam, bantuan berupa sembako, air mineral, dan obat-obatan dari posko tanggap darurat Pangkalan Utama TNI AL V dikirim dari Pelabuhan Kalianget.
Sebelumnya saat siang, bantuan dari BPBD Sumenep, Pemprov Jatim, dan Polri sudah terlebih dahulu dikirim ke Pulau Sapudi. Personial TNI dan Polri juga sudah dikerahkan ke wilayah terdampak gempa tersebut.
Komandan Pangkalan TNI AL Batu Poron Madura Letkol Laut (P) Teguh Wibowo yang ditemui di Pelabuhan Kalianget, mengatakan, bantuan tersebut berasal dari anggota TNI AL di Surabaya. Bantuan dikirim untuk membantu korban gempa yang berada di Pulau Sapudi.
Bantuan tersebut dikirim menggunakan Kapal Patkamla Pulau Pagerungan dari Pelabuhan Kalianget menuju Dermaga Tarebung dan Gayam. Selain membawa bahan logistik, kapal tersebut juga mengangkut 20 personil yang akan membantu penanganan gempa di pulau tersebut.
“Bantuan akan dikirim besok pagi karena masih ada bantuan lain yang akan dikirim menggunakan kapal yang sama,” ucapnya.
Teguh mengatakan, kapal tersebut akan kembali ke Pelabuhan Kalianget untuk terus mendistribusikan bantuan ke Pulau Sapudi. Sebab, bantuan untuk korban gempa masih terus mengalir sehingga membutuhkan armada kapal untuk mengirim bantuan tersebut. Adapun perjalanan dari Pelabuhan Kalianget hingga Pulau Sapudi membutuhkan waktu sekitar dua jam.
“Kapal ini mampu mengangkut bantuan hingga 4 ton dan 25 personil. TNI AL siap untuk membantu korban gempa di Sumenep,” kata Teguh.
Sebelumnya pada Kamis (11/10/2018) sekitar pukul 01.57, terjadi gempa dengan Magnitudo 6,3. Pusat gempa berada di 55 kilometer arah timur laut Situbondo. Getaram gempa terasa di beberapa wilayah, antara lain Madura, Surabaya, hingga Malang.
Wilayah paling terdampak berada di Pulau Sapudi dengan korban jiwa sebanyak 3 orang dan korban luka sebanyak 24 orang. Adapun rumah rusak mencapai lebih dari 200 unit.
Salah satu warga Pulau Sapudi, Hananto, mengatakan, gempa terjadi saat warga terlelap. Getaran dirasakan sekitar lima detik. “Rasanya rumah mau roboh,” kata Hananto.
Saat ini, rumah Hananto yang berada di Desa Pancor, Kecamatan Gayam tidak mengalami kerusakan. Namun ada sekitar 210 unit rumah di kecamatan tersebut dilaporkan rusak. “Saya masih berani tidur di rumah, namun tetap waspada dan pintu tidak dikunci agar bisa lari cepat saat gempa,” ucapnya.