SLAWI, KOMPAS Pengembangan industri kecil dan menengah bidang manufaktur di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, masih terhambat kualitas produk dan jejaring pasar berkelanjutan. Keterlibatan industri besar diharapkan membantu para pelakunya lebih mandiri.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal Bambang Susanto mengatakan, hampir seluruh industri kecil menengah (IKM) manufaktur di Tegal merupakan industri tradisional. Tidak mudah mengubah budaya kerja mereka menjadi industri modern. Padahal, potensinya sangat besar mengungkit ekonomi lokal.
”Kualitas dan kebersihan lingkungan kerja mesti ditingkatkan. Belum lagi ketepatan waktu pengantaran order. Akan tetapi, dengan daya dukung infrastruktur, kami yakin mereka berpotensi maju,” kata Bambang di sela-sela temu bisnis dan kunjungan lapangan ke sejumlah UKM Mitra Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) di Tegal, Rabu (10/10/2018).
Menurut Bambang, berada di poros utama pantai utara Jawa, Kabupaten Tegal memiliki potensi besar di industri manufaktur. Terlebih, cikal bakal industri logam di Tegal sudah tumbuh sejak 1918 dan mengalami masa kejayaan pada 1980-an. Saat ini, terdapat sekitar 3.000 IKM logam dengan serapan tenaga kerja mencapai 31.000 orang.
Selain komponen otomotif, UKM manufaktur di Tegal juga mengerjakan komponen suku cadang untuk industri kapal dan alat berat. Jalur ganda kereta api dan jalan tol Trans-Jawa juga diyakini meningkatkan daya saing industri lokal. Selain itu, sumber daya manusia juga berlimpah dengan jumlah pencari kerja mencapai 11.000 orang per tahun dan 60 persen di antaranya lulusan SMK.
”Pemerintah Kabupaten Tegal berencana membangun kawasan industri seluas 600 hektar di Kecamatan Margasari. Dengan segala daya dukung itu, jejaring pasar semestinya bertambah luas sehingga diharapkan meningkatkan perekonomian sekaligus mengurangi angka kemiskinan Kabupaten Tegal sekitar 9,2 persen,” ujar Bambang.
Tingkatkan kapasitas
Ketua Pengurus YDBA Henry C Widjaja mengatakan, sejak 2013, pihaknya bekerja sama dengan Pemkab Tegal meningkatkan kapasitas IKM logam dari usaha rumahan menjadi usaha yang siap memasuki dunia industri. Hal itu menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan Kelompok Astra.
Melalui Lembaga Pengembangan Bisnis Tegal, diberikan pelatihan dan pendampingan kepada 20 IKM logam. Pelatihannya, katanya, terkait kontrol kualitas, gambar teknik, material standar, metode penghitungan biaya, dan kebersihan lingkungan kerja. Setelah melalui serangkaian seleksi pada 20 IKM, empat unit di antaranya dianggap layak memasok produk ke perusahaan-perusahaan Kelompok Astra.
”Proses yang memakan waktu adalah mengubah pola pikir. Selama ini, IKM hanya berpikir membuat produk lama laku. Padahal, tuntutan konsumen tidak sekadar produk, tetapi kualitas juga bagus, harga kompetitif, dan kontinuitasnya dijamin,” ujar Henry.
Faisal Amri Elfas, Direktur PT FNF Metalindo Utama, salah satu IKM di Tegal yang telah menyuplai komponen otomotif ke PT Astra Honda Motor melalui industri pemasok rantai pertama, yakin pendampingan industri besar mampu meningkatkan manajemen produksi industri tradisional.
”Pemesanannya secara bertahap dan terus bertambah juga membuat kami semakin percaya diri untuk bersaing,” kata Faisal.
Hingga kini, pihaknya dipercaya mengerjakan 25 jenis komponen otomotif untuk PT Astra Honda Motor. Hal itu di antaranya komponen standar tengah untuk sepeda motor bebek, gantungan standar tengah, dan komponen setang
untuk sepeda motor jenis matik. Dalam sebulan, PT FNF Metalindo Utama mengirim 750.000 potong komponen otomotif. (GRE)