SURABAYA, KOMPAS - Kalangan pengusaha mikro dan kecil atau skala rumah tangga enggan mengekspor produk ke mancanegara tanpa perantara. Mereka enggan mengurus perizinan dan persyaratan ekspor.
Karena itu, pengusaha mikro hampir selalu menitipkan produk mereka kepada eksportir berskala besar. Bahkan, produk mereka berada di mancanegara karena diborong pembeli luar negeri.
Hal itu dituturkan kalangan pengusaha mikro dan kecil yang ditemui di Jatim Fair 2018, Grand City, Surabaya, Rabu (10/10/2018). Produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) banyak yang berkualitas tinggi, unik, otentik, dibuat dengan tangan, dan bercita rasa seni sehingga dibeli wisatawan asing sebagai cendera mata ketika berkunjung ke Indonesia.
Bisa juga saat produsen berpameran di luar negeri atas prakarsa pemerintah. ”Saya pernah pameran di Singapura dan produk saya habis terjual. Ketika ada pesanan, saya tidak berani mengirim langsung karena perizinan ekspor banyak dan ribet sehingga saya titip kepada pengusaha lain,” kataa Eka Dewi, pemilik usaha kerajinan rajut Raddin Handicraft dari Tanggulangin, Sidoarjo.
Konsumen di luar negeri amat menyukai produk buatan tangan. Namun, kendala timbul ketika konsumen ingin menjalin hubungan bisnis yang berkesinambungan. ”Saya masih gagap teknologi sehingga belum bisa mengurus izin ekspor langsung. Paling, produk saya dibeli putus oleh orang lain yang kemudian mengekspor dengan mereknya,” ujar Eka.
Hal senada diutarakan Ermien Setyawati, pemilik usaha kerajinan daur ulang kertas semen ESM Collection. Produknya sudah dibeli dan menjadi koleksi wisatawan asing yang datang ke Surabaya dalam program kapal pesiar atau kunjungan biasa. ”Kalau diminta mengirim ke luar negeri, saya belum bisa kecuali menitip ke pengusaha lain yang skala usahanya besar,” katanya.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, salah satu kendala UMKM adalah ekspor secara langsung ke pembeli. Pengusaha mikro dan kecil dimaklumi enggan terlibat ekspor langsung karena pengurusan perizinan yang kompleks.
”Perlu ada kolaborasi dengan pengembang aplikasi perdagangan digital dengan cakupan global sekaligus perusahaan ekspedisinya,” ujar Soekarwo.
Seiring perkembangan teknologi informasi, perdagangan produk UMKM bukan sekadar melalui stan, toko, melainkan juga memakai aplikasi media sosial dalam jaringan, terutama Facebook dan Instagram serta situs. Mereka memiliki akun di situs perdagangan digital, misalnya Bukalapak, Blibli, Tokopedia, dan Lazada. (BRO)