BOGOR, KOMPAS - Pemerintah pusat berharap kegiatan belajar-mengajar untuk siswa di wilayah terdampak bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah bisa segera berlangsung. Sekolah darurat perlu mulai dibangun. Adapun kekurangan guru akan diisi oleh guru-guru sukarelawan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun bersiap mengisi kebutuhan tenaga pengajar untuk Palu, Donggala, dan Sigi dari sejumlah universitas pendidikan di Indonesia. ”Kami masih mendata berapa banyak guru yang menjadi korban. Nanti, volunter yang dikirim. Kami kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan, seperti Universitas Negeri Makassar dan Universitas Negeri Manado,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Dasar Hamid Muhammad di Bogor, Jawa Barat, Rabu (10/10/2018).
Saat ini, identifikasi dilakukan sembari anak-anak mulai ke sekolah. Identifikasi itu akan berlangsung sekitar dua pekan.
Aktivitas bersekolah dinilai penting sebab menjadi salah satu cara terbaik untuk menekan trauma pada anak dan guru. Karena itu, kata Muhadjir, diharapkan sekolah darurat dibangun dari material yang ada. Hal ini akan membuat anak-anak makin kuat mengatasi trauma. Sejauh ini, sekitar 40 tenda sekolah sudah dikirimkan ke Sulteng. Adapun aset pendidikan yang hilang dalam gempa, seperti komputer, dikirimkan dari Jakarta.
Selain itu, opsi relokasi sekolah tetap dipertimbangkan. Di Palu, sekitar 80 persen sekolah harus direlokasi. Ada sembilan sekolah mulai dari TK sampai SMA yang amblas dan hilang dalam gempa dan tsunami.
Terkait pemerintahan daerah yang belum optimal, Presiden Joko Widodo memakluminya. ”Informasi yang saya terima, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, setelah saya perintahkan buka, ya buka. Tetapi bahwa pelayanan belum maksimal, iya, karena banyak keluarga mereka yang menjadi korban,” kata Presiden Jokowi.
Presiden menambahkan, bukan hanya satu dua PNS yang rumahnya runtuh. Demikian pula di jajaran kepolisian di Palu, misalnya, lebih dari 200 orang terseret tsunami dan masih belum ditemukan. ”Baru ketemu 30 orang dalam informasi yang saya terima,” ujar Presiden.
Sementara aliran listrik dan jaringan telekomunikasi sejauh ini sudah hampir normal. Begitu pula penjualan bahan bakar minyak. Tiang-tiang listrik yang roboh, kabel-kabel yang putus, dan infrastruktur penunjang sudah diperbaiki. Presiden mengapresiasi hal ini.
”Gempa seperti ini memerlukan waktu untuk masuk dan normal kembali. Jangan sampai banyak yang berkomentar, tetapi enggak mengerti di lapangan. Masih ada kekurangan, iya, saya akui karena keadaan belum pada posisi ideal dan normal untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Presiden. (INA)