BANDUNG, KOMPAS - Pada musim kemarau hingga Oktober 2018 ini, Kota Bandung mengalami krisis air bersih akibat debit air baku dari hulu, yakni dari Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca di Kabupaten Bandung, menyusut.
Hal ini berdampak pada penurunan kapasitas produksi dari PDAM Tirtawening Kota Bandung sehingga banyak pelanggan tidak memperoleh pasokan air bersih. Bagi pelanggan yang tidak terlayani air bersih, pihak PDAM memasok air dari sumber berbeda, yakni mata air Dago Pakar.
”Ada penurunan kapasitas produksi, dari rata-rata 2.500 liter per detik, saat ini rata-rata 1.800 liter per detik. Akibatnya, ada 31 titik dari 30 kecamatan yang tak kebagian air, baik dari perpipaan atau karena sumur artesis kering,” kata Direktur Utama PDAM Tirtawening Sonny Salimi saat meninjau penyaluran bantuan air bersih di dua lokasi di Bandung, Kamis (11/10/2018).
Penyaluran air bersih dilakukan di lingkungan RW 005 di Kelurahan Husein Sastranegara, Kecamatan Cicendo, dan RW 008 di Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo. Pada tiap titik disalurkan air bersih 20.000 liter.
Menurut Sonny, warga di kedua lokasi itu merupakan pelanggan PDAM dengan memanfaatkan sumur artesis. Namun, sejak Lebaran, Juni 2018, sumur artesis itu mengering. ”Kondisi saat ini mirip dengan tahun 2015 yang mengalami kemarau panjang sampai awal Desember. Diharapkan saat ini tidak sampai November sudah turun hujan,” ujarnya.
Tiap hari dikerahkan 17 mobil tangki air kapasitas 3.000-5.000 liter serta 12 mobil bak terbuka dengan tandon air kapasitas 2.000 liter untuk 31 lokasi yang tidak mendapat pasokan air bersih, antara lain Kecamatan Antapani, dan Ujung Berung.
Saat ini, PDAM Tirtawening membatasi pelanggan niaga, seperti perhotelan dan industri, untuk membeli tambahan air. ”Kami memprioritaskan fungsi sosial untuk penyaluran bantuan air bersih kepada pelanggan rumah tangga,” ucapnya.
Ny Ecin Kurasin (60), warga Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Bandung, mengatakan sangat terbantu dengan bantuan air bersih dari PDAM. ”Sumur artesis di kampung sini mengering. Kalaupun ada, airnya hitam dan bau. Warga di sini mengandalkan sumur artesis. Kalau harus beli air tangki, mahal,” tutur Ecin.
Kepala Unit Bisnis Tangki Air Minum PDAM Tirtawening Kota Bandung Gun Gun Germania menyebutkan, akibat kekeringan, permintaan air bersih meningkat tajam, dari situasi normal sehari rata-rata 90 rit, saat ini menjadi 120 rit.
Sumber air baku
Akibat krisis air baku, akses masyarakat Kabupaten Sidoarjo terhadap air bersih sangat rendah, baru mencakup 36,6 persen pada lebih dari 500.000 rumah.
Bupati Sidoarjo Saiful Illah mengatakan, ketersediaan air baku PDAM di wilayahnya sangat minim. Air baku masih mengandalkan air permukaan seperti air sungai. ”Akibatnya, baru 135.659 rumah yang mampu dijangkau PDAM. Itu 36,6 persen dari total rumah tangga di Sidoarjo,” ujarnya pada acara peletakan batu pertama pembangunan Distribution Center (DC) di Sidoarjo, Kamis.
Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Wilayah IA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indra Kerta Sasmita mengatakan, pemerintah pusat melalui proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha mengembangkan SPAM regional umbulan bersumber dari mata air di Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Hal itu dalam rangka mewujudkan akses universal terhadap air bersih.
Dengan kemampuan produksi 4.000 liter per detik, sumber air umbulan Winongan mampu memasok kebutuhan 1,3 juta penduduk lewat PDAM di lima kabupaten/kota, yakni Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik.
Kepala PDAM Delta Tirta Kabupaten Sidoarjo Abdul Basit Lao mengatakan, pihaknya perlu delapan unit DC agar distribusi air merata. DC itu akan dibangun di delapan kecamatan, yakni Jabon, Porong, Tanggulangin, Candi, Sidoarjo, Buduran, Gedangan, dan Waru. (SEM/NIK)