BANDUNG, KOMPAS — Kekeringan yang diprediksi terjadi hingga November berpotensi mengganggu operasionalisasi bendungan di Jawa Barat. Pemerintah memutuskan untuk melakukan modifikasi cuaca agar suplai air bisa terpenuhi.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di Bandung, Jumat (12/10/2018), mengemukakan, modifikasi mulai dilakukan minggu depan di bendungan yang kekurangan air. Menurut Kamil, kekeringan ini berpotensi bencana jika dibiarkan. ”Meskipun belum ada laporan, saya melihat kekeringan terjadi merata. Waduk dan sawah-sawah kering. Musim kemarau sudah krisis,” ujarnya saat ditemui di Gedung Sate.
Kamil menyatakan, operasi modifikasi cuaca berupa hujan buatan akan dilaksanakan minggu depan untuk memenuhi kebutuhan air. Hujan buatan ini dilakukan paling tidak 20 kali sehingga bisa memberikan suplai air bagi bendungan-bendungan tersebut.
Kamil memaparkan, salah satu bendungan yang menjadi prioritas adalah Bendungan Ir H Juanda atau Waduk Jatiluhur yang mengalami penurunan ketinggian air secara ekstrem, hingga 13 meter. Waduk ini memiliki ketinggian air normal pada 107 meter di atas permukaan laut (mdpl). Waduk Jatiluhur juga memegang peranan penting untuk irigasi, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan kebutuhan air baku masyarakat sebagian Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Penerapan hujan buatan ini, ujar Kamil, dilakukan bersama dengan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT). ”Atas kewenangan negara, minggu depan diadakan modifikasi cuaca di waduk-waduk yang kekurangan air. Jika tidak ada hujan, operasi bendungan akan terkendala, bahkan listrik Jawa-Bali bisa krisis. Kekeringan ini juga memengaruhi suplai air baku untuk masyarakat,” tuturnya.
Kamil berharap rencana ini berhasil sehingga sumber air di waduk bertambah. Ia berujar, jika kondisi waduk kembali normal, warga tidak kekurangan air bersih dan bisa mengurangi dampak kekeringan.
Ditemui secara terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bob Arthur Lombogia mengatakan, bendungan yang menjadi prioritas modifikasi cuaca adalah Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, dan Waduk Saguling. Berdasarkan data Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair), Bob memaparkan, ketiga waduk ini akan melewati elevasi terendah yang diizinkan pada November jika tidak ada suplai air hujan.
Waduk Saguling diprediksi akan masuk ke elevasi terendah 625 mdpl pada Senin (5/11), Waduk Jatiluhur di ketinggian 87,5 mdpl pada Sabtu (10/11), dan Waduk Cirata berada pada elevasi 206,1 mdpl pada Selasa (20/11). Gangguan operasional bendungan mulai dari pergerakan turbin PLTA hingga penyediaan air baku dan irigasi bisa terjadi jika tidak turun hujan.
”Kalau sudah masuk di bawah elevasi ini, waduk tidak akan bisa beroperasi. Oleh karena itu, hujan harus turun di minggu kedua dan ketiga. Saya mengapresiasi respons cepat Pemerintah Provinsi Jabar karena untuk membuat modifikasi cuaca ini membutuhkan waktu yang cepat dan tepat,” tuturnya.