Lumpur Pengerukan Sungai dan Saluran Air buat Bangun Fasilitas Umum
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Menjelang musim hujan yang diperkirakan mulai mengguyur Surabaya akhir Oktober ini, Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, semakin gencar mengeruk sungai dan saluran air. Lumpur dari pengerukan sungai dan saluran dimanfaatkan untuk membangun ruang terbuka hijau dan fasilitas buat warga, termasuk membangun taman.
Pengerukan berlangsung sejak awal tahun dan dilakukan tanpa henti. Mendekati musim hujan pengerukan lumpur dari sungai dan saluran air ditingkatkan. Kegiatan pengerukan, ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati, di Surabaya, Jumat (12/10/2018), paling utama untuk mengantisipasi datangnya musim hujan dan Surabaya bebas dari genangan.
Sebenarnya, kata Erna, pengerukan yang berlangsung sejak 2011 itu mulai dilakukan sejak awal Januari. Namun, menjelang musim hujan, pengerukan ditingkatkan agar genangan air di badan jalan cepat surut ketika musim hujan.
Lumpur hasil pengerukan kemudian digunakan untuk membangun fasilitas umum lainnya yang saat ini sedang dibangun, seperti pembangunan taman-taman, pembangunan daerah penyangga atau buffer zone di bekas Tempat Pembuangan Akhir Keputih, dan pembuatan tanggul di wilayah utara, perbatasan Surabaya dan Gresik.
”Jadi, kegiatan pengerukan tak sekadar memperlancar jalan air melalui saluran dan sungai menuju laut, tetapi sekaligus lumpur bisa dipakai untuk membangun infrastruktur lain di kota seluas 350 kilometer persegi ini,” kata Erna.
Menurut Erna, hasil pengerukan lumpur dari Januari hingga Agustus 2018 mencapai 82.399 kubik. Hasil lumpur yang dikeruk itu mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan 2011, yaitu 214.615 kubik. ”Penurunan bukan karena kinerja ataupun kegiatan pengerukan sungai dan saluran menurun, melainkan lumpur justru semakin sedikit karena rutin dikeruk,” ujarnya.
Sepanjang 2012 pengerukan mencapai 427.315 kubik, pada 2013 sebanyak 254.995 kubik, tahun 2014 meningkat menjadi 280.190 kubik, dan di 2015 turun dan hanya 257.115 kubik. Namun, pada 2016 ada kenaikan menjadi 315.250 kubik dan tahun 2017 kembali turun drastis karena hanya 63.553 kubik.
Bahkan, pengerukan hingga Agustus 2018 lebih banyak dibandingkan dengan 2017. Indikator peningkatan lumpur pada sungai dan saluran adalah penambahan dump truck dan alat berat yang mengeruk dan mengangkut lumpur-lumpur itu. Total dump truck saat ini 92 unit dan alat berat 63 unit.
Selain meningkatkan pengerukan, Pemkot Surabaya juga melakukan penambahan kapasitas rumah pompa, peninggian tanggul laut, dan penyelesaian proyek box culvert Jalan Raya Sememi. Selama 2018 juga ada 17 rumah pompa yang ditambah kapasitasnya.
Lokasi 17 rumah pompa itu antara lain Jagir Kalimir, Simolawang, Gunungsari 2, Grahadi, Kebon Agung, Medokan Ayu Hilir, Kalisari, Kalibokor, Jeblokan, Tambak Wedi, Kenari, Bratang, Dinoyo, Kenjeran 1, dan Darmokali. Tiap-tiap rumah pompa itu ditambah 3 meter kubik.
Khusus Morokrembangan ditambah dua pompa, masing-masing 3 meter kubik. Sementara untuk rumah pompa Balong 2 ditambah 5 meter kubik. Saat ini, semuanya sudah hampir selesai, sekitar 99 persen.
Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, cara mempercepat genangan air di badan jalan atau bahkan di permukiman dengan mengeruk sungai dan saluran air. Selain itu, saluran air juga dilebarkan dan semakin dalam dan seluruhnya ditutup agar tidak menjadi tempat buang sampah.
Untuk membersihkan saluran air, petugas akan masuk melalui pintu inspeksi yang dipasang di setiap 20 meter. Apalagi, banyak saluran air di kota ini dalam tiga tahun terakhir dimanfaatkan menjadi jalan seperti Jalan Menur, Jalan Raya Menganti, dan Jalan Banyuurip.
Paling tidak hingga 2018 pengerjaan pembangunan jalur pedestrian dan saluran diselesaikan sepanjang 52.763 meter. Rata-rata lebar trotoar 3 meter hingga 6 meter dengan panjang variatif dan kini baru tuntas di 20 titik.