MEDAN, KOMPAS - Sumatera bagian utara terdampak cuaca ekstrem, menyebabkan 13 orang tewas. Cuaca ekstrem diprediksi berlangsung hingga Desember.
Hujan deras yang melanda Sumatera Utara dan Sumatera Barat tiga hari terakhir memicu banjir dan longsor di sejumlah daerah. Sebanyak 13 orang dilaporkan meninggal, 7 orang di Sumatera Utara dan 6 orang di Sumatera Barat. Satu orang masih hilang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis, Jumat (12/10/2018), mengatakan, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi telah mengeluarkan edaran meminta semua pemerintah kabupaten dan kota di Sumut melakukan mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, dan tanggap darurat. ”Itu sejak Kamis lalu,” katanya.
Langkah itu menyusul laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan cuaca ekstrem hampir merata di seluruh wilayah Sumut, Oktober hingga Desember. Mitigasi terutama bagi warga di lereng bukit dan di dekat sungai.
Meski demikian, banjir dan longsor terjadi dan memakan korban. Di Kelurahan Simaremare, Kota Sibolga, 20 rumah di lereng bukit tertimbun longsor, Kamis lalu. ”Satu rumah rusak parah. Empat penghuninya meninggal,” kata Kepala BPBD Kota Sibolga Juangon Daulay.
Empat korban tewas merupakan satu keluarga, yaitu Ika Marbun (31), Juni Tobing (4), Wahid Tobing (1,5), dan Saiful Lubis (11).
Di Kabupaten Simalungun, rumah di pinggir Sungai Bah Bolon di Nagori Sahkuda Bayu, Kecamatan Gunung Malela, diterjang aliran sungai. Rumah kayu hanyut bersama aliran sungai, Rabu lalu, membawa pasangan suami-istri Daulat Siagian (60) dan Yusnita Sitorus (46).
Kepala Kepolisian Resor Simalungun Ajun Komisaris Besar Liberty Panjaitan mengatakan, korban ditemukan meninggal sekitar 10 kilometer dari lokasi awal.
Selain itu, Jalan Pematang Siantar-Tanah Jawa di Kecamatan Tanah Jawa, Simalungun, juga longsor. Separuh badan jalan di dekat sungai ambles sepanjang 5 meter. Jalan hanya bisa dilalui kendaraan kecil dan sedang.
Di Kabupaten Serdang Bedagai, banjir merendam ratusan rumah. Salsabila Nafida (1,5), warga Dusun III, Kampung Mandailing, Sei Rampah, ditemukan meninggal.
Sepuluh kabupaten
Di Sumatera Barat, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Romainur mengatakan, hujan membuat sejumlah daerah di sepuluh kabupaten di Sumbar banjir dan longsor. Sebanyak 243 rumah terendam, 2 rumah rusak berat, 2 jembatan putus, dan fasilitas umum terendam.
Enam orang meninggal, satu orang lagi dalam pencarian. Korban meninggal adalah Nando (9), Restu Afandi (5), dan Rakasa Putra (5), ketiganya warga Horong Padang Toboh, Nagari Parit Malintang, Padang Pariaman.
Sementara banjir di Jorong Piubuah Nagari, Tanjung Bonai Lintaubuo Utara, menewaskan tiga orang. Kapolres Tanah Datar Ajun Komisaris Besar Bayuaji Yudha mengatakan, korban meninggal masih satu keluarga.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Syahnan mengatakan, suhu di Samudra Hindia dan Selat Malaka yang hangat membuat suplai uap air cukup tinggi di wilayah perairan tersebut. ”Hal ini mendukung pertumbuhan awan-awan hujan di Sumatera Utara,” ujarnya.
Syahnan menyatakan, analisis angin ada gangguan cuaca di pantai barat Sumatera yang mengakibatkan belokan angin dan konvergensi di wilayah Sumut. Kondisi ini memicu pertumbuhan awan-awan hujan dan menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai guntur dan angin kencang.
Kepala Seksi Observasi BMKG Kelas II Minangkabau Yudha
Nugraha mengatakan, potensi hujan dan pertumbuhan awan terjadi di sepanjang pesisir barat Sumatera dari Aceh sampai Bengkulu hingga Desember. (NSA/WSI)