BANDUNG, KOMPAS Petani kopi Jawa Barat didorong memasarkan hasil produksinya secara daring sehingga akses pasar semakin luas. Oleh karena itu, petani harus mengikuti perkembangan teknologi pemasaran terkini.
”Dengan daring, petani dapat menjual kopi langsung kepada pembeli. Petani bisa lebih sejahtera dengan harga jual lebih baik karena tanpa perantara,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam ajang kopi Ngopi Saraosna Volume 6, Jumat (12/10/2018), di Gedung Sate, Kota Bandung.
Menurut Kamil, kualitas kopi Jabar sangat bersaing di tingkat dunia. Dalam ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016, kopi asal Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, menjadi yang terbaik dalam uji cita rasa dan harga lelang.
Akan tetapi, menurut Kamil, keunggulan kualitas itu perlu diikuti perluasan pasar yang dapat dicapai lewat sistem daring. ”Jadi, petani juga perlu belajar teknologi. Pemerintah akan membantu memasarkannya,” ujarnya.
Intervensi
Untuk mendorong hal itu, Kamil juga berencana membentuk Forum Kopi Jabar. Dia juga akan membuka kafe khusus yang menjual kopi Jabar di luar negeri. Kamil mengatakan sedang mencari pengusaha untuk merealisasikan rencana itu. Tujuannya agar keuntungan dari bisnis kopi tidak timpang antara industri di hulu dan hilir.
”Jangan sampai petani kopi kalah dari broker. Kesejahteraan industri kopi harus berkeadilan secara proporsional,” ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Jabar Hendy Jatnika mengatakan, potensi kopi di Jabar masih terbuka lebar. Selain memaksimalkan lahan petani, juga terdapat lahan Perhutani dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Pertengahan September lalu, PTPN VIII mengekspor 19,2 ton biji kopi (green bean) arabika ke Kanada. Ekspor ini merupakan yang perdana oleh PTPN VIII dan akan diikuti ekspor kedua pada November 2018.
Agus Setiawan (38), petani kopi asal Garut, berharap pemerintah membantu petani memasarkan hasil panen. Hal ini diperlukan agar harga jual kopi tidak bergantung kepada tengkulak. ”Petani butuh kepastian harga. Jika pemerintah bisa intervensi, mungkin petani akan lebih sejahtera,” ujarnya. (TAM)