KARANGANYAR, KOMPAS - Petani bawang putih di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, terus mencoba menanam varietas baru bawang putih lokal, tawangmangu super. Varietas ini diharapkan memberikan hasil produksi lebih baik ketimbang varietas lokal lainnya.
Uji coba penanaman tersebut dilakukan di lahan seluas 100 meter persegi di Dusun Pancot, Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu. Ketua Kelompok Tani Bawang Putih Taruna Tani ”Tani Maju” Bejo Supriyanto mengatakan, uji coba ini sebelumnya sudah dilakukan pada 2017 dan awal 2018.
”Hasil panen pertama tahun 2017 masih kurang bagus. Sekarang, hasil panen tanaman generasi selanjutnya lebih bagus dibandingkan dengan generasi pertama,” kata Bejo, Jumat (12/10/2018), di Tawangmangu.
Bejo mengatakan, pada panen pertama tahun 2017, dari 10 kg bibit bawang putih hanya menghasilkan 66,5 kg bawang putih basah. Hasil itu masih di bawah varietas lokal lainnya. Dari 10 kg bibit tawangmangu baru mampu menghasilkan sekitar 100 kg bawang putih basah.
”Hasil panen tanaman generasi kedua ini belum dihitung total produksinya, tapi dilihat dari ukuran umbinya sudah hampir menyamai tawangmangu baru,” katanya.
Pihaknya optimistis generasi ketiga tawangmangu super akan menghasilkan panen yang lebih baik daripada varietas tawangmangu baru. Karena itu, bawang putih hasil panen kedua akan dijadikan bibit untuk ditanam lagi pada musim tanam 2019.
Bejo mengatakan, varietas tawangmangu super dikembangkan dari tawangmangu baru dengan metode penggandaan kromosom oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor Prof Sobir. Agar petani tidak bingung, pihaknya menamai bibit baru itu tawangmangu super.
Sobir mengatakan, metode penggandaan kromosom bertujuan memperbesar diameter bawang putih. Agar mencapai produksi optimal dibutuhkan minimal tiga-empat kali tanam sejak tanaman generasi pertama. Selain bisa lebih besar, masa panen bawang putih lebih pendek, yaitu 90-100 hari atau lebih singkat ketimbang tawangmangu baru, mencapai 120-130 hari.
Dukungan
Upaya melahirkan varietas lokal tawangmangu super ini diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo. Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Solo Taufik Amrozy mengatakan, produksi bawang putih lokal harus ditingkatkan untuk mengurangi impor.
”Salah satu tugas kami ikut mendorong ketahanan pangan agar bisa menstabilkan harga,” katanya.
Upaya pendampingan petani bawang putih di Tawangmangu sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu. Taufik optimistis peningkatan produksi bawang putih lokal bisa dikembangkan ke daerah lain.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Karanganyar Supramnaryo mengatakan, luas tanam bawang putih di Karangnyar 2018 sekitar 1.000 hektar. Kini, sebagian besar ditanami varietas tawangmangu baru dengan produksi 10-15 ton bawang putih basah per ha.
Ke depannya, pihaknya siap mendorong perluasan penanaman varietas anyar itu jika produksinya lebih tinggi ketimbang varietas tawangmangu baru yang telah lama ditanam sebelumnya. (RWN)