MANADO, KOMPAS-Kekeringan melanda sejumlah pulau di wilayah Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara dalam sebulan belakangan. Warga kesulitan memperoleh air bersih karena sumur rumah penduduk kering. Kekeringan itu bakal berkepanjangan jika hujan tak juga turun.
Ana Mariang (45), warga Kahikitang, Kecamatan Tatoareng di Manado, Selasa (16/10/2018) mengungkap banyak warga menderita penyakit gatal-gatal. Penyakit itu timbul karena warga mandi tiga hari sekali. Mereka menggunakan air payau dari sumur resapan. Dilaporkan sebagian warga terpaksa keluar dari pulau mencari air bersih.
Ketika ditemui di Pelabuhan Manado, Ana bersama dua putranya tampak mengangkut 20 gelon air ke kapal untuk dibawa ke pulau Tatoareng. Gelon air mineral dipakai untuk mandi, minum dan masak selama tiga hari.
“Susah sekali mendapat air di pulau, kami harus ke Manado membeli air. Masalah ini sudah kami sampaikan kepada pemerintah kabupaten,” katanya. Keterbatasan air bersih juga dirasakan sejumlah pulau di Kabupaten Sangihe antara lain Marore hingga wilayah Tabukan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulut Joi Oroh mengaku belum menerima laporan mengenai kekeringan di Sangihe. “Kami akan cek ke pemerintah Sangihe,” katanya.
Bupati Sangihe Jabes Gaghana mengatakan kekeringan dialami warganya akibat musim kemarau panjang. Hujan tidak turun sejak Februari. Pihaknya telah mengirim tim ke Tatoareng untuk menggali mata air di pulau tersebut.
“Sumber air bersih di sana terbatas, tetapi kami berusaha agar warga tidak mengalami krisis air bersih,” katanya.
Tahun lalu kekeringan bahkan melanda sekitar 80 desa di Kabupaten Sangihe. Ketika itu pemerintah mendistribusi kapal-kapal pengakut air untuk dibawa ke pulau-pulau. Air bersih dari kapal kemudian ditampung tandon air milik warga.
Wilayah Tatoareng meliputi Desa Kahikitang dan Mahangetang adalah pulau andalan pariwisata Sangihe. Wilayah perairan Mahangetang terdapat obyek wisata gunung api di bawah laut. Dari Tatoareng menuju Tahuna, ibukota Kabupaten Sangihe dapat ditempuh dengan perjalanan kapal motor selama tiga jam.
Robert Lombo, warga lainnya mengatakan di wilayahnya pernah dibangun proyek air bersih melalui APBD Provinsi Sulut, namun proyek berupa sumur bor rusak. Setali tiga uang proyek air bersih didanai dana desa juga tidak berfungsi.
Dikatakan warga Tatoareng sebelumnya mengandalkan air hujan yang ditampung di bak besar depan rumah. Akan tetapi air hujan telah habis setelah terjadi musim kemarau selama enam bulan sejak April lalu.
“Air hujan sudah habis di bak penampungan, kami harus mencari air di luar kampung pada sejumlah mata air,” katanya.