BANDUNG, KOMPAS – Ribuan aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jabar, Selasa (16/10/2018). Hal itu dilakukan menyusul kekeringan yang melanda daerah tersebut di musim kemarau.
“Shalat Istisqa ini merupakan salah satu ikhtiar untuk meminta diturunkan hujan,” ujar Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa.
Selain Shalat Istisqa, Pemerintah Provinsi Jabar juga berencana menggunakan hujan buatan untuk mengatasi kekeringan di wilayah itu. Sebab, sejumlah sungai dan waduk di Jabar terus menyusut akibat kemarau.
“Hujan buatan akan diprioritaskan di sekitar waduk sebagai tempat penampungan air,” ujar Iwa. Modifikasi cuaca itu akan dilakukan pekan depan.
Kemarau menyebabkan krisis air di sejumlah daerah di Jabar. Banyak sumur dan sumber air lainnya mengering sehingga warga harus mengantre mendapatkan bantuan air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM).
Air sejumlah waduk, di antaranya Jatiluhur, Jatigede, dan Cirata juga menyusut. Hal ini perlu diantisipasi. Sebab, selain mengairi lahan pertanian, air waduk juga digunakan untuk pembangkit listrik.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, saat ini secara teknis sangat sesuai dilakukan hujan buatan. Terdapat potensi awan untuk disemai melalui proses hujan buatan.
“Hujan buatan tidak ada dampak merugikan karena dilaksanakan dalam skala daerah yang sempit. Umumnya diterapkan di sekitar waduk,” ujarnya.
Tony menuturkan, waktu normal musim kemarau di Bandung dan sekitarnya terjadi dari akhir Mei sampai awal Oktober. Musim hujan diprediksi terjadi pada akhir Oktober.
“Saat ini masa pancaroba, peralihan dari kemarau ke musim hujan. Beberapa hari terakhir telah terjadi hujan ringan di Bandung dan sekitarnya pada sore hari,” ujarnya.