Silvia Dwi Susanti (15), warga Cangkring, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur memilih putus sekolah. Anak pasangan Suroso dan Misri itu mengalami kelebihan berat badan.
Saat ini, bobotnya 197 kilogram atau hampir 2 kuintal, membuatnya tak leluasa bergerak. ia pun tak bisa menikmati keceriaan masa-masa remaja. Saat ia diminta mencoba berjalan oleh wartawan, Rabu (17/10/2018) ia tampak kesulitan bergerak dan mudah lelah. Nafasnya seperti tersengal.
Saya tidak sekolah karena malu. Padahal makannya normal sehari dua kali
Silvia terpaksa putus sekolah sejak kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah saat umurnya sekitar 10 jelang 11 tahun. Saat itu berat badannya mencapai 139 kilogram, membuatnya sulit berjalan.
Ia juga malu pada teman-temannya yang lazimnya berat badan sekitar 39-45 kilogram. "Saya tidak sekolah karena malu. Padahal makannya normal sehari dua kali," katanya.
Setiap hari ia hanya nonton televisi di rumah. Setiap berjalan beberapa meter dari tempatnya duduk. "Itu pun ia sulit bernafas, padahal hanya beberapa menit," tuturnya.
Menurut kakaknya, Diah Setyorini, berat badan Silvia saat lahir normak. Bobotnya sekitar 4 kg. Beratnya terus melonjak tak terkendali sejak usia 9 tahun terus menggemuk, meskipun makannya juga sehari dua kali
Keluarga berupaya mengobatkan Silvia termasuk melalui pengobatan tradisional. Upaya itu belum membuahkan hasil. Silvia yang minder enggan bersekolah. "Dulu ia diejek teman temannya karena kegemukan," kata Diah.
Ia pernah berobat di Jakarta tapi malah tambah gemuk. Beratnya masih berpotensi terus bertambah
Paman Silvia, Mulyono menjelaskan sebenarnya ada tanda-tanda Silvia berpotensi mengalami obesitas sejak kecil. Silvia makin tertutup dan pemalu.
Ia juga takut bertemu orang asing. "Ia pernah berobat di Jakarta tapi malah tambah gemuk. Beratnya masih berpotensi terus bertambah," tuturnya.