SOLO, KOMPAS - Air PDAM Solo yang mengalir ke rumah-rumah warga di kawasan RW 012, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, berubah warna menjadi merah. Diduga tercemar limbah pabrik kimia tekstil.
Listyowati, warga RT 002 RW 012 Banyuanyar, mengatakan, air PDAM dua kali berubah merah dan sekali hijau kebiruan. Air tidak berbau, tetapi jika lama kena kulit terasa gatal. ”Terjadinya malam hari, tapi tidak setiap hari. Sekarang jernih lagi,” katanya, Rabu (17/10/2018).
Direktur Teknik Perusahaan Umum Daerah Air Minum Toya Wening (PDAM) Solo Tri Atmojo Sukomulyo mengatakan, air PDAM merah atau biru dan berbusa itu akibat tercemar limbah pabrik. Tiga RT terdampak, yaitu RT 002, 003, dan 004 di RW 012 Banyuanyar. ”Dampaknya belum meluas ke wilayah lain. Pipa langsung kami potong,” katanya.
Untuk mengungkap penyebab pencemaran, tim PDAM Solo bersama Satuan Reserse Kriminal Polresta Solo, Dinas Lingkungan Hidup Solo, serta Satuan Polisi Pamong Praja Solo mendatangi pabrik PT MCL. Pabrik bahan kimia tekstil itu diduga membuang limbah yang mencemari air PDAM.
Di depan pabrik ditemukan pipa air PDAM tersambung pipa paralon yang mengarah ke dalam pabrik. Tri memastikan sambungan pipa itu ilegal. PT MCL bukan pelanggan PDAM Solo.
Menurut Tri, dari keterangan pengelola pabrik, dua minggu lalu sambungan pipa air yang tertanam di tanah itu pecah. Pihak pabrik memperbaiki sambungan pipa. Pihaknya tidak bisa memastikan terjadi kekeliruan pemasangan instalasi pipa saat perbaikan. ”Sengaja atau tidak, polisi yang menentukan,” katanya.
Kepala Cabang Perumda Toya Wening Sarwono mengatakan, merah air PDAM identik warnanya dengan genangan air limbah di selokan sekitar area pabrik. Namun, pihaknya belum meneliti kandungan kimianya.
Pengelola PT MCL Lesi mengatakan, tidak mengetahui adanya sambungan pipa dari dalam pabrik dengan pipa PDAM di depan pabrik. Pihaknya membantah sengaja membuang limbah cair melalui jaringan pipa PDAM itu. ”Tidak. Kami bukan sengaja, tidak mungkin sengaja (membuang limbah),” ujarnya.
Menurut Lesi, pihaknya membeli tempat yang kini dipakai untuk pabrik 10 bulan lalu. Sejak beroperasi, limbah dialirkan ke dua tangki penampungan. Setelah bahan kimia di penampungan dinetralkan dan jernih, kemudian dialirkan ke kolam di belakang pabrik.
Lesi mengakui, limbah berwarna merah pernah meluap ke selokan di depan pabrik akibat tangki penampungan penuh. Saat ini, instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sedang dibangun berbarengan pembangunan pabrik. Namun, IPAL itu belum digunakan semestinya karena konstruksinya masih baru. (RWN)