SLEMAN, KOMPAS - Kegiatan ekonomi kreatif memerlukan ekosistem yang baik agar bisa semarak dan menggeliat. Hal itu terwujud jika terjalin komunikasi antara pemerintah, akademisi, komunitas, dan masyarakat.
Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung Dwinita Larasati mengatakan, ekosistem yang dimaksud adalah sumber daya manusia, pasar, serta riset dan pengembangan produk. Ketiga hal itu akan mempermudah pelaku ekonomi kreatif untuk menghasilkan suatu produk.
”Bicara ekonomi kreatif yang harus disiapkan adalah ekosistem yang bisa menghasilkan karya. Ketika karya ini disampaikan kepada penikmat, ada sistem pasar yang mendukung secara sehat. Lalu, ada riset dan pengembangan agar penciptanya dapat masukan untuk berkarya lagi,” kata Dwinita, dalam acara Indonesia Creative Cities Conference, di Hotel Sahid Jaya, Sleman, DIY, Kamis (18/10/2018).
Dwinita menambahkan, dalam aktivitas ekonomi kreatif, pemerintah juga perlu ambil bagian. Misalnya, berperan mendekatkan segala hal yang dapat mendukung aktivitas tersebut kepada para pelaku ekonomi kreatif. Hal itu dapat berupa pembukaan jaringan pemasaran dan akses perolehan bahan baku produk.
Sekretaris Jenderal Indonesian Creative Cities Network (ICCN) Arief Budiman menilai, selama ini, pelaku ekonomi kreatif bertumbuh secara organik. Belum semua pemerintah daerah: kabupaten dan kota menyadari potensi dari sektor itu. Akibatnya, pengelolaan atas hal itu belum cukup baik.
”Peran komunitas untuk membuat sebuah kota menjadi kota kreatif itu masih besar. Mayoritas penggerak kegiatan ekonomi kreatif dari suatu kota atau kabupaten itu adalah komunitasnya,” kata Arief.
Dwinita tak memungkiri potensi dan keunikan yang ada di masyarakat itu cukup besar. Akan tetapi, masyarakat kerap mengalami kendala pengelolaan dan pemasarannya. Maka, komunitas perlu ambil bagian guna mendorong masyarakat bergerak di bidang ekonomi kreatif.
”Komunitas itu berbagai macam. Mereka bisa terdiri dari akademisi maupun pegiat kreatif. Mereka bisa membantu masyarakat mengoptimalkan potensinya dengan keilmuannya. Mereka juga bisa menghubungkan masyarakat ke pasar yang sesuai,” kata Dwinita.
Kelvin Wijaya, Managing Director Gramedia Digital Nusantara, berharap pegiat ekonomi kreatif dapat semakin dimudahkan caranya untuk menyalurkan konten kreatif mereka. Saat ini, e-dagang menjadi salah satu cara berbelanja yang paling diminati. Melalui platform tersebut, suatu produk dapat dipasarkan secara lebih luas mengingat jangkauan areanya yang besar.
Namun, ada juga pelaku ekonomi kreatif yang memasarkan produknya tak secara daring, tapi tak banyak. (NCA)