PALU, KOMPAS - Penyintas bencana alam Sulawesi Tengah harus terus diperhatikan kondisi kualitas kesehatannya. Bila dibiarkan, mereka rentan terkendala untuk bangkit kembali.
”Jangan sampai ada dampak susulan karena sakit akibat buruknya sanitasi, pelayanan kesehatan tidak optimal, hingga minimnya pasokan logistik,” kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat mengunjungi posko pengungsian Petobo di Kota Palu, Jumat (19/10/2018). Dia datang bersama Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
Panglima TNI dan Kapolri sempat meninjau 104 unit hunian sementara (huntara) yang dibangun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sesuai data Pemprov Sulteng, saat ini tercatat 78.994 pengungsi. Mereka tersebar di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.
Peran personel TNI, petugas kesehatan, dan sukarelawan, kata Hadi, harus proaktif memantau kondisi kesehatan penyintas bencana, termasuk yang tersebar di banyak kawasan lainnya. ”Jemput bola perlu dilakukan. Kalau tidak bisa dijangkau menggunakan mobil, silakan pakai motor atau berjalan kaki,” katanya.
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menjamin penyediaan air bersih di lokasi pengungsian dan huntara. Menurut Jonan, air bersih menjadi hal vital menjaga kondisi kesehatan warga. ”Kami juga bakal menyediakan listrik bagi huntara. Sembari menunggu jaringan listrik seusai diperbaiki 100 persen, akan dipasang juga pembangkit listrik tenaga surya,” katanya di Palu.
Perhatian serupa juga dipaparkan Kepala Divisi Penanggulangan Bencana Palang Merah Indonesia Arifin Muhammad Hadi. Dia menjelaskan, saat ini, fokus memasang tenda keluarga. Targetnya, PMI akan memasang sekitar 3.300 tenda keluarga.
”Tenda itu bisa ditempati sebelum pindah ke huntara. Tinggal di tenda pengungsian terlalu lama rentan memicu munculnya beragam penyakit,” kata Arifin.
Sementara itu, Gubernur Sulteng Longki Djanggola meminta wali kota/bupati yang wilayahnya terdampak bencana membantu proses pembangunan huntara. Salah satu fokusnya, meminimalkan konflik yang mungkin terjadi saat pembuatan huntara. Saat ini, dari kebutuhan 4.000 unit, bakal dibangun 1.700 unit pada tahap I di Sigi, Palu, dan Donggala. ”Harapannya, semua itu bisa memuluskan pembangunan huntara tahap I, dua bulan ke depan,” kata Longki.
Sejumlah perusahaan BUMN juga mulai membangun rumah huntara di Sulteng. Pada tahap awal, dibangun 400 unit. Pembangunan rumah ini akan dilanjutkan untuk membantu korban gempa yang kehilangan rumah.
”Beberapa BUMN sudah mulai membangun rumah sementara untuk korban gempa di Palu,” kata Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis BUMN Hambra di Jakarta, Jumat.
Untuk tahap pertama, BUMN, seperti Bank Mandiri dan Bank BNI, membangun 400 unit rumah. ”Bantuan pembangunan rumah sementara ini akan bertambah,” katanya. Rumah sementara tersebut sangat penting saat ini. (CHE/IDO/FER)